Adaptasi Pemimpin Babel dengan Pilar Kepemimpinan “Blue Ocean Strategy” Dalam Menghadapi Tantangan Krisis

Adaptasi Pemimpin Babel dengan Pilar Kepemimpinan “Blue Ocean Strategy” Dalam Menghadapi Tantangan Krisis

dr. Wari Kartika Sari --Foto: ist

Selain menyebabkan korban meninggal, lubang-lubang tambang itu juga memicu sumber penyakit baru, potensi bertambahnya tempat sarang nyamuk atau lokasi berbahaya lantaran memiliki tingkat radiasi cukup tinggi dan merusak sumber air sehingga pernah terjadi krisis air dan kekeringan. Dalam aktivitas tambang, kapal-kapal ponton isap produksi memicu konflik dengan nelayan oleh karena hasil tangkapan para nelayan makin menurun akibat pencemaran limbah tambang. Selain itu penambangan timah yang dilakukan dengan cara menyedot pasir laut membuat terumbu karang hancur dan mati. Serta diperparah adanya limbah tambang berupa oli dan pasir yang terbuang ke laut yang sangat berpotensi merusak ekosistem laut. Dengan direview kembali izin pertambangan khususnya timah maka berdampak terhadap perekonomian rakyat Babel yang pada umumnya sangat didominasi oleh aktivitas tambang. Mata pencaharian pengganti masih belum mampu menggantikan pertambangan meskipun upaya tersebut sudah mulai dilakukan.

BACA JUGA:POLITIK BELAH BAMBU DI PILKADA

BACA JUGA:Menanti Kinerja Wakil Rakyat Bangka Terpilih

Kompleksnya permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat Babel membutuhkan para pemimpin atau agen perubahan yang mampu membawa keluar dari dampak negatif insdustri pertambangan agar lebih ramah lingkungan dan mengutamakan ekonomi berkelanjutan. Dalam mengatasi krisis lingkungan yang berdampak perekonomian membutuhkan pendekatan menyeluruh dan komitmen dari setiap pemangku kepentingan yaitu pemerintah, swasta, komunitas lokal dan masyarakat sipil untuk menciptakan solusi yang menjamin pertumbuhan ekonomi dan mata pencaharian. Lalu seperti apakah adaptasi para pemimpin atau agen perubahan baik di pemerintahan maupun swasta dan komunitas masyarakat dalam memperbaiki keadaan ini? 

Dalam perekonomian dikenal strategi ekonomi yang dapat digunakan untuk menguraikan atau bahkan mengatasi permasalahan perekonomian. Salah satu strategi tersebut adalah Blue Ocean Strategi yaitu sebuah konsep untuk merancang dan memperoleh target pasar yang potensial dengan memunculkan permintaan baru sehingga produk atau jasa yang diciptakan ini unik dan memiliki fitur canggih dibandingkan produk sebelumnya. Namun sayangnya tidak mudah untuk mengimplementasikan blue ocean strategy karena perlu kreativitas dan kejelian dalam melihat pasar.

Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga besar ketika mengimplementasikannya. Blue ocean strategy ini bisa diterapkan pada semua sektor atau bisnis dan tidak terbatas hanya pada satu jenis saja. Dibutuhkan komitmen dan kepercayaan yang tinggi kepada tim atau staf yang akan menjalani strategi ini, sehingga akan terbentuk suasana yang mendukung dan solid dalam pelaksanaannya.

Untuk itulah Blue Ocean Strategy atau Samudera Biru ini dibutuhkan para champion atau model kepemimpinan yang mampu membawa perubahan kearah solusi yang signifikan, efisien dan efektif. Kepemimpinan Samudera Biru harus memiliki visi yang jelas tentang masa depan, mampu melihat peluang untuk membuat produk yang belum pernah ada, serta berani mengambil resiko yang sudah diperhitungkan.

BACA JUGA:MEGAWATI DIANTARA PRABOWO DAN JOKOWI

BACA JUGA:OBITUARI DEMOKRASI DI MAHKAMAH KONSTITUSI

Dalam bukunya Internasional Blue Ocean Strategy dan Blue Ocean Shift, Chan Kim dan Renee Mauborgne mengungkapkan empat pilar Kepemimpinan. Pilar pertama, Fokus pada tindakan dan aktivitas. Seorang pemimpin atau agen perubahan memiliki langkah nyata sebagai lompatan dalam memotivasi orang yang dipimpinnya. Pada dasarnya setiap orang memiliki ide atau motivasi yang seringkali dapat digunakan untuk mengatasi permsaalahan. Para pemimpin “Blue Ocean Strategy” memiliki keterbukaan dalam menerima masukan dari bawahan maupun orang di sekitarnya, kemudian berani mengambil langkah tepat lalu memberikan dukungan dan penghargaan atas langkah solusi yang diambil.

Pilar Kedua adalah menghubungkan kepemimpinan dengan realitas pasar dengan melibatkan orang-orang yang menghadapinya. Pemimpin Blue Ocean Strategy berfokus pada hal yang menjadikan pemimpin efektif bukan berbelit-belit. Seringkali masukan dari orang yang menghadapi pasar akan lebih masuk akal dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini koordinasi langsung dan mengurangi adanya birokrasi atau struktural yang panjang dan menghambat percepatan solusi adalah hal yang penting dilakukan.

Pilar Ketiga adalah mendistribusikan kepemimpinan di berbagai tingkat manajemen. Pemimpin merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi namun apabila terpusat pada satu tingkatan maka tidak akan memberikan dampak yang luas terlebih dalam mengatasi masalah yang kompleks dan urgent. Model kepemimpinan Samudera Biru memiliki distribusi pada setiap tingkatan misalkan pemimpin tingkat senior, menengah dan garis depan atau dari lingkungan terkecil menuju terbesar. Sebab masing-masing kepemimpinan memiliki dampat dalam mengadakan perubahan dan berkontribusi dalam tindakan solusi yang bermakna.

Pilar Keempat adalah mengupayakan tindakan dan aktivitas kepemimpinan berdampak tinggi dengan biaya rendah. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan dengan dorongan inovasi dan kreativitas yang tinggi. Dengan keempat pilar ini diharapkan seorang pemimpin mampu merubah status quo menjadi terobosan yang mengantarkan masyarakat, komunitas maupun perusahaan yang ada di Pulau Bangka keluar dari krisis lingkungan dan ekonomi. (*)

BACA JUGA:PILWAKO DAN ENTERPRENUER BERKEMAJUAN

BACA JUGA:MENUJU OTORITARIANISME

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: