Gerakan Literasi Sekolah di Daerah Kepulauan Bangka Belitung: Menemukan Jalan Revitalisasi

Gerakan Literasi Sekolah di Daerah Kepulauan Bangka Belitung: Menemukan Jalan Revitalisasi

Gerakan Literasi di salah satu sekolah di Babel. --Foto: ist

BABELPOS.ID, PANGKALPINANG – Upaya meningkatkan budaya literasi di sekolah menengah atas kembali mendapat sorotan melalui penelitian terbaru berjudul “Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Daerah Kepulauan: Sebuah Kajian Kualitatif Eksploratif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.” Studi ini dilakukan oleh empat dosen Universitas Bangka Belitung yaitu Fajar Agung Pangestu, M.Pd., M. Aries Taufiq, M.Pd., Harianto, M.Pd., dan Herza, M.A. dengan dukungan sejumlah mahasiswa.

Penelitian lapangan berlangsung pada 11–22 Agustus dan mencakup delapan sekolah perwakilan setiap kabupaten/kota di provinsi kepulauan ini: SMAN 1 Pangkalpinang, SMAN 1 Sungailiat, SMAN 1 Manggar, SMAN 1 Tanjung Pandan, SMAN 1 Muntok, SMAN 1 Koba, SMAN Air Gegas, dan SMAN 2 Puding Besar. Tim peneliti menggunakan metode kualitatif eksploratif dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Narasumber utama meliputi kepala sekolah, wakil kepala bidang kurikulum, kepala perpustakaan atau penanggung jawab GLS, serta perwakilan siswa.

Temuan Utama: Implementasi yang Masih Bersifat Rutin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Gerakan Literasi Sekolah telah diadopsi secara luas di seluruh SMA yang disurvei. Namun, penerapannya masih didominasi kegiatan rutin seperti membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Integrasi literasi ke dalam proses pengajaran berbagai mata pelajaran belum maksimal, begitu pula upaya menumbuhkan budaya literasi yang mengakar di seluruh lingkungan sekolah.

Di daerah kepulauan seperti Bangka Belitung, tantangan geografis dan keterbatasan sumber daya menjadi hambatan nyata. Jarak antarpulau, keterbatasan akses buku dan teknologi, serta variasi tingkat keterlibatan guru dan siswa menambah kompleksitas pelaksanaan GLS. “Kami melihat semangat para pendidik dan siswa tetap tinggi, tetapi dukungan sarana dan prasarana perlu lebih diperkuat,” ungkap Fajar Agung Pangestu selaku ketua tim peneliti.

BACA JUGA:Melalui National Business Plan Competition 2005, FE UBB Ingin Lahirkan Mahasiswa Entrepreneur

BACA JUGA:UBB Dukung Pengembangan Industri Cokelat di Bangka Belitung

Praktik Baik dan Komitmen Pemangku Kepentingan

Meski menghadapi beragam kendala, penelitian ini juga menemukan sejumlah praktik menjanjikan. Beberapa sekolah menunjukkan kreativitas dengan mengaitkan literasi pada konteks budaya lokal, misalnya melalui kegiatan menulis cerita rakyat atau membaca sastra daerah. Langkah-langkah seperti ini terbukti menarik minat siswa sekaligus melestarikan kearifan lokal.

Komitmen pemangku kepentingan sekolah—terutama kepala sekolah—menjadi landasan penting bagi revitalisasi GLS. Kepala sekolah yang aktif mengintegrasikan literasi ke dalam perencanaan sekolah, mengalokasikan anggaran, serta memotivasi guru dan siswa dapat menciptakan ekosistem literasi yang lebih hidup. “Kepemimpinan yang visioner menjadi kunci. Tanpa dukungan kepala sekolah, kegiatan literasi sering berhenti pada rutinitas,” tegas M. Aries Taufiq.

Strategi Revitalisasi

Penelitian merekomendasikan beberapa langkah strategis. Pertama, sekolah perlu menempatkan literasi sebagai bagian dari seluruh pengalaman belajar, bukan sekadar program tambahan. Guru mata pelajaran didorong untuk mengintegrasikan kegiatan membaca dan menulis dalam setiap proses pembelajaran.

Kedua, pendekatan berbasis budaya lokal dapat meningkatkan relevansi. Di Bangka Belitung, kekayaan sastra lisan dan tradisi cerita rakyat bisa menjadi sumber belajar yang menarik dan memperkuat identitas siswa. Ketiga, pascapandemi menuntut adaptasi ke arah literasi digital. Kemampuan berpikir kritis, literasi informasi, dan keterampilan memanfaatkan teknologi harus menjadi bagian integral program GLS. 

BACA JUGA:FK UBB Sambut Baik Layanan One Minute Servis Kanwil Kemenag Babel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: