Polikultur Lada, Strategi Petani Bangka Belitung Menuju Pertanian Berkelanjutan

Indra Feryanto --Foto: ist
Jika dilihat dari sudut ekologi pertanian, polikultur memberi banyak manfaat. Keberagaman tanaman yang ditanam dengan pola yang baik dapat memperbaiki ketersediaan nutrisi dalam tanah, menciptakan habitat alami bagi musuh alami hama, serta mengurangi risiko kegagalan panen akibat serangan penyakit. Altieri (1999) menjelaksan bahwa keragaman tanaman dalam sistem budidaya terbukti memberikan manfaat ekologis yang signifikan. Diversifikasi tanaman melalui polikultur mampu meningkatkan siklus nutrisi tanah, memperkuat kesuburan, serta menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Selanjutnya Gliessman (2015) mengungkapkan bahwa selain itu, keberagaman jenis tanaman berfungsi sebagai penyangga ekosistem yang dapat mengurangi risiko kegagalan panen akibat serangan penyakit maupun fluktuasi lingkungan, sehingga meningkatkan ketahanan pertanian secara keseluruhan.
Selanjutnya diharapkan kemampuan dan keberlanjutan lahan dapat terjaga melalui sisten tanam polikutur di kebun lada. Dengan adanya beragam tanaman, risiko erosi tanah berkurang, kelembaban terjaga, dan biodiversitas meningkat. Sistem polikutur terpadu dapat meminimalkan erosi pada lahan miring, memperkuat fungsi terasering, memperbaiki struktur tanah untuk meingkatkan infiltrasi air dan meningkatan ketersediaan air serta biodiversitas (Nuryati et. al. 2018). Lebih lanjut Nuryati et. al. (2019), menjelaskan bahwa sistem polikutur meningkatkan aktivitas mikroba tanah, jumlah dan biomassa cacing tanah struktur tanah, serta materi organik yang semuanya mendukung retensi kelembaban dan kualitas tanah.
Kemudian secara ekonomi, sistem polikultur pada kebun lada memberikan keuntungan lebih bagi petani karena selain meningkatkan produktivitas lahan, juga menghadirkan pendapatan tambahan dari tanaman sela yang dapat dipanen lebih cepat. Selanjutnya petani juga secara tidak langsung dapat mengurangi ketergantungan pada harga lada yang fluktuatif, sekaligus menekan biaya produksi melalui fungsi tanaman sela sebagai penutup tanah, pengendali gulma, dan penyubur alami. Oleh sebab itu, tidak hanya memperkuat ketahanan ekonomi rumah tangga petani, polikutur juga meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan secara berkelanjutan.
BACA JUGA:Timah untuk Merah Putih: Menjaga Kedaulatan SDA Babel di Usia 80 Tahun Kemerdekaan
BACA JUGA:Membentuk Karakter Generasi Muda Lewat Sekolah Berasrama: Belajar 24 Jam Tentang Hidup
Apabila dilihat dari sisi sosial dan budaya, dengan banyaknya jenis tanaman sela yang ditanam di kebun lada. Selain untuk dijual dan dikonsumsi sendiri, hasil dari tanaman sela biasanya dapat digunakan untuk saling berbagi dengan sesama petani lain yang kebetulan membutuhkan ataupun saat petani lain berkunjung ke kebun dapat mencicipi hasil panennya. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bawa sistem polikultur pada kebun lada mampu memperkuat ketahanan hidup petani dan mempererat rasa kekeluargaan pedesaan di Bangka Belitung. Selanjutnya, melalui sistem tanam polikultur tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan dan kemandirian pangan, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial, dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan.
Kekhususan Polikultur Lada
Kekhususan Polikultur lada terdapat pada penggunaan tajar hidup seperti gamal atau lamtoro sebagai penopang sekaligus penyeimbang mikroklimat meskipun dalam prakteknya masih sedikit petani yang melaksanakan, penggunaan tanaman legum yang mampu menyumbang nitrogen untuk meningkatkan kesuburan tanah, serta pemilihan tanaman sela berakar dangkal seperti jahe atau kunyit yang tidak menjadi pesaing kuat bagi lada. Kemudian, pengaturan kelembaban melalui jarak tanam, pemangkasan, dan drainase sangat penting untuk mencegah penyakit busuk pangkal batang. Keseluruhan sistem ini mendukung produktivitas sekaligus menjaga keberlanjutan agroekosistem lada.
Menanam tanaman lada secara polikutur bukan hanya sekadar berbicara tentang teknik budidaya, tetapi juga sebagai sebuah prinsip pertanian keberlanjutan yang selaras dengan warisan kearifan lokal masyarakat Bangka Belitung. Selanjutnya di tengah dukungan modernisasi pertanian dan tekanan pasar global, menjaga dan menghidupkan kembali praktik polikultur dalam budidaya lada merupakan langkah strategis untuk membangun pertanian yang tangguh, ramah lingkungan, dan berbasis pada kearifan lokal.
Sistem pertanian konservatif merupakan solusi budidaya tanaman dengan memperhatikan keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan untuk menciptakan pertanian berkelanjutan (Kurniawati et. al, 2024). Selanjutya melalui dukungan kebijakan yang tepat, inovasi teknologi, keterlibatan tokoh tani dan pemuda tani, sistem polikultur dalam budidaya lada memiliki potensi menjadi model pertanian berkelanjutan yang dapat diduplikasi tidak hanya untuk tanaman lada saja, namun bisa untuk komoditi lainnya di Bangka Belitung, maupun bagi daerah lain di Indonesia.
BACA JUGA:SEKOLAH RAKYAT: LANGKAH MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN
BACA JUGA:Pendidikan yang Gagal Merawat: Bullying, Trauma, dan Nyawa yang Terenggut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: