Polikultur Lada, Strategi Petani Bangka Belitung Menuju Pertanian Berkelanjutan

Indra Feryanto --Foto: ist
Oleh : Indra Feryanto
Mahasiswa Magister Ilmu Pertanian Universitas Bangka Belitung
___________________________________________
Konsep Polikultur Dalam Pertanian Berkelanjutan
Kerusakan dan terbengkalainya lahan menjadi isu penting bagi prinsip keberlanjutan, karena tanpa tanah yang subur, pertanian jangka panjang tidak dapat berjalan. Monokultur, yaitu praktik menanam tanaman yang sama di lahan yang sama setiap tahun, memang bisa memberikan keuntungan ekonomi tinggi, tetapi berdampak buruk pada kesuburan tanah, kualitas air, serta kelestarian ekosistem. Oleh karena itu, sistem polikultur dianggap lebih sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan karena mampu menjaga kualitas lahan, memperkaya keanekaragaman tanaman, dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan.
Polikultur adalah sistem pertanian yang menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama. Berbeda dengan monokultur yang hanya menanam satu komoditas, polikultur menciptakan keragaman vegetasi di suatu lahan. Prinsip ini sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan, yaitu praktik budidaya yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi jangka pendek, tetapi juga pada kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial petani. Rosalina (2022) menjelaskan bahwa pembangunan pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani secara luas melalui peningkatan produksi pertanian yang dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan daya dukung ekosistem, sehingga keberlanjutan produksi dapat terus dipertahankan dalam jangka panjang dengan meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan
Kekhususan polikultur terletak pada diversifikasi tanaman melalui pemilihan tanaman yang saling melengkapi (termasuk penanam legum sebagai penyumbang nitrogen) dan penanaman tanaman sela yang tidak bersaing dengan tanaman utama, untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan, meningkatkan kesuburan tanah, dan menekan hama serta penyakit secara alami. Konsep ini tentu saja sejalan dengan pertanian berkelanjutan, yaitu terjaganya produktivitas jangka panjang tanpa merusak lingkungan atau merugikan petani.
Peningkatan luas lahan polikultur merupakan salah satu solusi utama untuk permasalahan lingkungan saat ini. Kendala utamanya adalah tekanan ekonomi akibat pertanyaan tentang efektivitas biaya dari moda produksi tersebut dan kebutuhan untuk menyediakan pangan yang cukup bagi populasi yang terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang (Markovic, 2022).
BACA JUGA:Pekan QRIS Nasional: Bangka Belitung Dak Boleh Ketinggel!
BACA JUGA:Istana yang Berpesta, Rakyat yang Merana: Ironi HUT RI ke-80
Lada dan Polikultur
Lada putih atau sahang telah lama menjadi ikon Bangka Belitung. Sejak masa kolonial hingga kini, komoditas diakui ini memiliki nilai ekonomi tinggi, bahkan menjadi salah satu komoditas ekspor yang mendukung perekonomian masyarakat Bangka. Namun, di besarnya keuntungan dari harga lada, terdapat tantangan serius yang dihadapi petani: kerentanan terhadap penyakit tanaman, fluktuasi harga pasar, biaya produksi yang tinggi hingga degradasi lahan akibat praktik monokultur.
Dalam konteks ini, yang menarik dari sistem budidaya lada masyarakat Bangka memiliki kearifan lokal yaitu melalui sistem polikultur. Sistem ini memadukan tanaman lada dengan tanaman lain, bukan sekadar teknik pertanian, melainkan refleksi dari hubungan harmonis antara manusia, budaya, dan alam.
Di banyak desa, petani menanam lada di lahan baru yang telah ditanam padi ladang. Tidak sedikit juga petani yang menanam lada diantara tanaman kelapa sawit belum menghasilkan. Selanjutnya untuk memanfaatkan lahan kosong yang ada diantara tanaman lada, petani menanam tanaman lainnya sesuai kebutuhan.
Bagi masyarakat Bangka, sistem tanam polikultur bukanlah hal baru. Sejak dahulu, mereka memadukan tanaman lada dengan tanaman pangan dan hortikultura. Pola ini terbukti memperkuat ketahanan pangan sekaligus diversifikasi pendapatan petani menuju pertanian berkelanjutan.
Setiap jenis tanaman yang ditanam sebagai tanaman sela di tanaman lada memberikan manfaat secara langsung kepada petani. Adapun tanaman pangan yang biasa ditanam yaitu ubi kayu, talas dan ubi jalar. Jenis tanaman ini bagi petani berguna sebagai makanan tambahan di kebun di sela-sela aktivitas berkebunnya. Sementara itu untuk jenis tanaman hortikultura lebih beragam, diantaranya untuk bumbu dapur petani menanam cabai rawit, kencur, serai dan kunyit. Selanjutnya untuk sayur mayur, petani menanam papaya, terung, kacang panjang dan mentimun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: