Seksinya Isu PLTN di Bangka Belitung
Syahril Sahidir--
Oleh: Syahril Sahidir
Wartawan Senior Harian Babel Pos
KONDISI listrik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tahun 2010-2011 memang benar-benar berat. Pemadaman bergilir bukan lagi karena kondisi alam, tapi memang krisis.
-------------------
DI tengah dahaga listrik itulah alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) masuk ke Babel.
Sementara saat itu, Gubernur Babel, Eko Maulana Ali, terus berjuang untuk masuknya investor namun terbentur ketika didesak kalangan investor soal listrik yang menjadi kebutuhan sentral investasi. Selagi soal listrik masih krisis, maka berarti investasi ke Babel adalah investasi biaya tinggi.
Memang agak unik saat itu, meski kondisi listrik belum menjanjikan, namun beberapa pembangunan terutama beberapa hotel berbintang di kawasan Pangkalan Baru Bangka Tengah (Bateng) tetap berlanjut? Maklum, ada peran putra daerah di balik itu yang mau tidak mau berpikir untuk kepentingan tanah kelahirannya.
Di sisi lain, kembali ke soal PLN, minset masyarakat bahwa yang namanya nuklir itu tetap berbahaya. Ada radiasi nuklir!
Tapi, warga banyak yang bungkam, karena berada di posisi, 'takut-takut tapi mau'. Takut dengan nuklirnya, tapi mau dengan listriknya.
BACA JUGA:PLTN, Bukan Isu Baru Bagi Warga Bangka Belitung
Di sisi lain, PLTN saat itu dihadapkan pada dua pilihan. Kalimantan atau Babel. Cenderung ke Babel, selain semua peangkat pemeritahnya setuju, juga akses untuk itu lebih mudah.
Di sisi lain, Media sosial (Medsos) saat itu belum seperti sekarang. Masyarakat lebih banyak tahunya ada wacana pebangunan Listrk Tenaga Nuklir (PLTN). Kata-kata 'listrik'-nya itu demikian menggoda.
''PLTN yang akan dibangun dalam upaya memenuhi kebutuhan energi listrik terutama di Babel," ujar Gubernur Babel, Eko Maulana Ali, waktu itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: