Liu Ngie Sang 'Robin Hood'. Pejuang Tionghoa Penentang Penjajah Belanda dari Bangka

Liu Ngie Sang 'Robin Hood'. Pejuang Tionghoa Penentang Penjajah Belanda dari Bangka

Penambangan Timah Tempo Dulu.--

BABELPOS.ID.- Ternyata pejuang etnis Tionghoa yang memberontak menentang pemerintahan Hindia Belanda di Bangka Belitung (Babel) atau tepatnya di Pulau Bangka di zaman kolonial ada juga dilakukan 50 tahun setelah perlawanan Depati Amir.

Jika Depati Amir melawan Kolonial Belanda di Pulau Bangka Tahun 1848-1851 dengan pengikutnya tak hanya dari kalangan etnis Melayu, tapi banyak juga dari kalangan etnis Tionghoa yang juga ikut terbuang ketika Depati Amir dibuang.  Namun pembuangan para pejuang termasuk dari etnis Tionghoa ini dilakukan ke berbagai tempat dan daerah.

BACA JUGA: Pejuang-Pejuang Tionghoa yang Terbuang Bersama Depati Amir

Liu Ngie Sang Robin Hood

Dalam catatan di Rubrik Histori Harian Babel Pos, Sejarawan Babel, Akhmad Elvian menyatakan, aksi perlawanan Liu Ngie ini sangat 

menyita perhatian Pemerintah Hindia Belanda di tahun 1899 Masehi. 

Soalnya, secara diam-diam apa yang dilakukan Liu Ngie mendapat dukungan dari rakyat ketika itu.  Dukungan itu tak hanya dari etnis Tionghoa, tapi juga dari etnis Melayu dan lain-lain.

Liu Ngie menurut Aklah Elvian, melakukan pemberontakan atas Pemerintah Belanda di Distrik Koba (Ibukota Kabupaten Bangka Tengah Sekarang.red).  

BACA JUGA:Batin Tikal Pejuang dari Kampung Gudang (Bagian Satu)

Dan, apa yang dilakukan Liu Ngie ini merembet ke beberapa distrik lainnya di Pulau Bangka. 

Sayangnya, Februari 1900 Masehi, Liu Ngie tertangkap di Distrik Merawang dan pada Tanggal 11 September 1900 dan Liu Ngie kemudian dihukum mati di Kota Mentok (Pasar Mentok) --Ibukota Kabupaten Bangka Barat (Babar.sekarang.red). 

Uniknya, pemberontakan yang dilakukan Liu Ngie ini dengan melakukan perampokan terhadap parit-parit penambangan Timah dan hasil rampasannya dibagikan kepada pribumi Bangka dan orang Tionghoa yang menderita,

''Pemberontakan Depati Amir dan pemberontakan Liu Ngie menambah deretan panjang bagaimana bersatunya pribumi Bangka dengan pendatang dalam hal ini dengan orang Tionghoa, terutama dengan peranakan Tionghoa Bangka,'' ujar Akhmad Elvian dalam ulasannya. 

Walaupun pemberontak bergerak melewati kampung-kampung di Pulau Bangka, tetapi tidak membahayakan penduduk setempat (dikatakan mereka membayar apa yang mereka ambil). Tidak terjadi konflik antar etnis antara pemberontak Tionghoa dengan orang pribumi penduduk kampung.  Justru Belanda dijadikan sebagai musuh bersama pribumi Bangka dan orang Tionghoa.(red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: