Penghujung Ramadhan, Bangka Darurat Militer, Timah Macet, Akal Busuk Belanda gagal!

Penghujung Ramadhan, Bangka Darurat Militer, Timah Macet, Akal Busuk Belanda gagal!

Peta Perlawanan Depati Amir.-Dok-

TIDAK mudah memang bagi pemerintah Belanda membujuk Depati Amir ke meja perundingan.  Akal busuk kolonial terbaca oleh Pahlawan Nasional Asal Bangka Belitung (Babel) itu.

----------------

PEMERINTAH Hindia Belanda juga berupaya untuk menyelesaikan perang di Pulau Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir (Tahun 1848-1851 M) dengan kekuatan militer dan menetapkan status Staat van Beleg (Keadaan Darurat Militer) bagi Pulau Bangka (Pada tanggal 17 September 1850, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Besluit 17 September 1850 Nomor 1 memutuskan, bahwa untuk menyelesaikan perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir dilakukan dengan kekuatan militer melalui operasi militer). 

Pemerintah Hindia Belanda juga berupaya mengatasi masalah Perang Depati Amir dengan perundingan (Perang di Bangka mendapat perhatian serius dari Gubernur Jenderal di Batavia karena penghasilan negara dari tambang Timah berkurang dan hampir 250 tambang Timah milik Hindia Belanda berhenti beroperasi serta sekitar 5000 pekerja tambang menganggur). 

BACA JUGA:Repotnya Belanda Lawan Depati Amir, Sampai Bumihanguskan Beberapa Kampung

Perundingan dilaksanakan dipenghujung bulan puasa atau pada bulan suci Ramadhan. Perundingan dilaksanakan pada hari Ahad, tanggal 4 Agustus 1850 bertepatan dengan Tanggal 25 Ramadhan 1266 Hijriah. Depati Amir beserta dengan sekitar 300 orang pengikutnya turun dari markas di gunung Maras untuk berunding dengan Lettu Dekker komandan militer Belanda di kampung Layang. Akan tetapi pertemuan dan perundingan tersebut menemui kegagalan serta tanpa hasil yang jelas karena pasukan Belanda yang dipimpin Lettu Dekker ingin menjadikan perundingan ini sebagai siasat dan upaya untuk menangkap Depati Amir. Pertemuan itu terjadi, dalam kapasitas Dekker sebagai wakil pemerintah. Kelihatannya, Amir takut, dan nampak tidak percaya lagi dengan komisaris maupun pemerintah Hindia Belanda di Bangka. 

Amir tidak mau perundingan dilakukan di markas militer Belanda, hal ini dikarenakan karena pasukan Belanda sudah Dua kali melakukan upaya penyerangan dan penangkapan terhadap Amir akan tetapi mengalami kegagalan. Dalam Surat dari Inspektur Pajak yang ditugaskan di Pulau Bangka, Tanggal 8 Agustus 1850, Nomor La. J Geheim ( Bt, Geheim, 17-9-1850), Nomor 1).hal.2 dinyatakan bahwa: 

“Amir lebih suka lehernya dipenggal daripada harus pergi berunding ke kompleks militer Belanda”

Terkait perundingan antara Amir dengan komandan detasemen militer Layang, Lettu Dekker dapat diketahui secara lebih jelas dari surat Inspektur Pengawasan Zending di pulau Bangka kepada Gubernur Jenderal, Layang tertanggal 16-8-1850 no. La R (Rahasia) (ANRI geh. Bt 17-91850 nomor 1). Melanjutkan laporan saya tanggal 3 September 1850 nomor La R (rahasia), saya kabarkan kepada anda yang terhormat, bahwa saya pada petang ini tanggal 4 September 1850, mendapat pemberitahuan dari komandan detasemen Letnan Dekker, bahwa Letnan Dekker telah bertemu dengan Amir dan Amir mohon pada saya untuk datang ke Layang, Amir akan melakukan perundingan kepada pemerintah tapi tidak ada tempat lain, Ia hanya berani datang ke Layang. 

BACA JUGA: Maret, 173 Tahun Lalu, Depati Amir dan keluarga Dihukum Buang ke Keresidenan Timor

Sepucuk surat datang dari mayor Cina menunjukkan kepada saya dan seorang duta, bahwa surat memberitahukan kepada saya nampaknya Amir sepanjang waktu memang di Blinju tapi sekarang ia masih takut untuk mengulangi datang ke Pangkalpinang, Ia masih sangat yakin, ia curiga dan takut luar biasa. Di sisi lain saya mendapat sepucuk surat dari Letnan Dekker kepada saya sekali lagi, Amir mohon untuk datang kemari (Layang). Letnan Dekker memberi tahu kepada saya atas kedatangan saya itu, bahwa Amir bersedia menjelaskan, untuk itu ia akan diantar hanya dengan prajurit, mengantarkan Amir kepada saya di rumah Cina yang akan saya datangi, prajurit Amir sekitar 300 orang diperkuat dengan persenjataan lengkap. Kemauannya untuk datang ke Layang, tak dapat dijelaskan, sedang kekuatan tentara di Layang ada 35 Serdadu, ada 3 Serdadu Eropa, beberapa sakit demam, sementara itu tangsi di Layang terdiri dari tempat yang kecil, sedang Amir yang ada di sekitar wilayah itu dengan pengikutnya sekitar 300 orang jumlahnya 40 orang bersenjata, 160 dilengkapi senapam siap pakai.

Letnan Dekker Komandan Detasemen di Layang, mulai mengadakan pertemuan dengan Amir, pembicaraan dilakukan dengan baik dan menyenangkan. Opsir itu telah beberapa hari yang lalu, pergi ke Amir tanpa bersenjata, di suatu rumah di kampung Layang, ditunggu 5 tentara bersenapan sangat bagus, Amir telah menunggu kedatangan Letnan Dekker, alasan sederhana saya akan datang ke Layang karena Amir hanya berani muncul di Layang, dan Ia percaya kepada Letnan Dekker, dan opsir itu telah biarkan kampung itu kosong, lainnya telah dibakar, Amir jelaskan kepada tuan Dekker, bahwa dirinya tak pernah akan biarkan dirinya bersedih, karena itu Ia kirim hadiah ayam dan durian dengan tempat pengambilan pada jarak jauh, ia coba menunjukkan persahabatan tak lama kemudian setelah kedatangan saya di Layang, tuan Dekker diterima seperti itu setelah mendapat hadiah dari Amir. Oleh satu dan lain hal saya atur pertemuan dengan Amir, sehubungan dengan jawabannya, perundingan menuju penyelesaian dinilai gagal, juga sama seperti mediasi yang juga telah dilakukan Mayor Cina yang pertama juga gagal.(Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP/Sejarawan dan Budayawan/Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia/***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: