Membangun "cultural resilience" pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara

Membangun

Membangun "cultural resilience" pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara OIKN adakan pelatihan kepada kepala sekolah dan tenaga pendidik di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara untuk mengembangkan konsep pendidikan model baru di Kota Nusantara. --Foto: ant

Ki Hadjar Dewantara mengamati banyak tokoh pergerakan kemerdekaan lahir dari pendidikan formal Barat yaitu kolonial, tetapi jiwa nasionalisme para tokoh tersebut tetap tinggi.

Desakan budaya Barat seperti Belanda dan Inggris ketika itu juga cukup deras karena mereka hidup di tengah-tengah Bangsa Indonesia, tetapi para tokoh bangsa tetap memegang teguh kebudayaan bangsa dengan jiwa nasionalismenya.

Ki Hadjar Dewantara menyebut peran keluarga dan masyarakat sekitar yang menyebabkan kebudayaan bangsa tetap melekat pada diri tokoh tersebut termasuk dirinya yang besar dari pendidikan Barat.

Para tokoh tersebut ketika masih anak-anak dan pemuda-pemuda hidup di rumah keluarganya masih dapat mengecap suasana kultural serta mendapat pengaruh dari berbagai tradisi kebudayaan lingkungannya sekalipun bukan dalam bentuk pendidikan budaya modern.

Di masa kini keteguhan memelihara kebudayaan bangsa tersebut dapat disebut cultural resilience.

Bagi Ki Hadjar Dewantara, Indonesia bukan Belanda, bukan Inggris, bukan Amerika. Indonesia adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Medan, Padang.

Indonesia bukan Amsterdam, Leiden, Utrecht, Groningen, bukan juga London, Cambridge, serta bukan juga kota-kota universitas Amerika.

Bangsa Indonesia wajib menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia cukup bebas dan merdeka serta berdaulat, untuk memilih sendiri segala apa yang kita perlukan.

Barat tidak boleh dianggap mutlak jelek. Banyak ilmu pengetahuan yang harus dikejar sekalipun dengan melalui sekolah-sekolah Barat.

BACA JUGA:21 PSN sektor transportasi rampung pada 2023

BACA JUGA:Dul, penggiat pendidikan di pedalaman Meratus

Asas Trikon

Di Indonesia kini juga banyak pendidikan dan pengajaran yang dilakukan berdasarkan sistem asing seperti dari Australia, Jerman, Arab, Turki, Tiongkok, atau Korea.

Ini tidak mengapa, asalkan kepada anak-anak diberi pendidikan kultural dan nasional yang semua-semuanya bertujuan ke arah keluhuran manusia, nusa dan bangsa, tanpa memisahkan diri dari kesatuan kemanusiaan.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut Ki Hadjar Dewantara berpesan untuk mendidik anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: