3 Desa di Basel Menjadi Lokus Stunting, Prevalensi Diatas 10 Persen

3 Desa di Basel Menjadi Lokus Stunting, Prevalensi Diatas 10 Persen

Agus Pranawa --Foto: Ilham

BABELPOS.ID, TOBOALI - Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan (Pemkab Basel) terus berupaya menurunkan angka stunting. Berbagai upaya selama satu tahun kemarin membuahkan hasil yakni turunnya desa stunting dari semula 5 kini hanya 3 desa saja.

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Basel, dr. Agus Pranawa mengatakan selama satu tahun terakhir upaya penurunan prevalensi stunting telah membuahkan hasil.

"Hal ini bisa dilihat dari semula lokus kita 5 desa sekarang hanya 3 desa yakni, Bedengung di Kecamatan Payung, dan untuk di Kecamatan Lepar ada Desa Kumbung serta Tanjung Sangkar," ungkapnya, (13/03).

BACA JUGA:Lokus Stunting di Basel Turun Jadi 3 Desa

BACA JUGA:Ini Program Duta Genre Basel yang Ikut Andil Dalam Penurunan Angka Stunting

Dijelaskannya, ketiga desa ini ditetapkan berdasarkan dari sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM), yang memuat laporan setiap bulan dari puskesmas mengenai pelaporan gizi yang dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi anak dengan risiko stunting.

Pada 2023 kemarin terdapat empat desa yang menuntaskan stunting yakni Desa Rias dan Desa Serdang, Kecamatan Toboali. Dilanjutkan Desa Malik dan Desa Irat, Kecamatan Payung. Sedangkan Desa Bedengung masih belum bisa menurunkan stunting.

"Untuk desa Bedengung belum bisa menuntaskan stunting, sedangkan untuk dua desa di Kecamatan Lepar merupakan yang baru pada 2024 ini," terangnya.

BACA JUGA:Peduli Stunting, 50 Anak Desa Rias Dapat Bantuan Polres Basel

BACA JUGA:Ini Hasil Audit Penanganan Stunting di Kabupaten Bangka Selatan

Salah satu program yang salah satunya memang tepat sasaran yang diterapkan adalah Program Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS)

Ada beberapa sasaran yang dituju dalam penerapan program BAAS, mulai dari calon pengantin (Catin), ibu hamil, anak bawah dua tahun (Baduta) serta anak di bawah lima tahun (Balita). 

"Dari program BAAS ini, setiap perangkat daerah, kecamatan, unit pelaksana teknis, kelurahan hingga desa akan mengasuh beberapa anak stunting," ucapnya.

"Kita juga melibatkan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB-red) dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK-Red) serta lintas sektoral, supaya prevalensi stunting dapat segera ditanggulangi serta pada 2024 ini prevalensi stunting dibawah 14 persen," tambah dr. Agus. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: