BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Enam)

 BENTENG PENUTUK   DI PULAU LEPAR  (Bagian Enam)

Akhmad Elvian - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan--

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Empat)

Para perompak seakan-akan tidak pernah mengenal menyerah. Beberapa hari sebelumnya para perompak menangkap Tiga orang nelayan Cina di dekat pulau Dapur. Pada Tanggal 

24 Maret 1847, Sembilan perahu perompak besar mendaratkan Dua orang itu di kampung Ketiak (Koba), sementara orang kedua yang terluka parah dalam perkelahian dengan penduduk meninggal dunia. Keesokan harinya Dua perompak terbunuh dalam suatu serangan terhadap wilayah Ranghauw, yang termasuk distrik Koba. Sebanyak Sembilan perahu besar dan Empat perahu kecil menyerang di sungai Ballar (Sungaiselan) merampas Dua kapal dagang pribumi. Namun beberapa orang pelaut pribumi berhasil lolos dan kembali ke sungai Ballar. 

Berdasarkan Buku Sejarah Bangka Belitung Jilid 2, Tahun 2019 yang ditulis oleh, Djoko Marihandono, Akhmad Elvian dan Ian Sancin, pada halaman  298 dan 299 dinyatakan, bahwa kegiatan perampokan terhadap pulau Bangka masih terus berlanjut. Usaha Administrator administrador distrik di pulau Bangka untuk menyerang para perompak di darat gagal dan  juga usaha kepala kampung untuk mengalahkan  mereka di laut dengan perahu bersenjata juga menemui kegagalan. Dalam serangan, Delapan perahu besar dan Dua sampan di kampung Penyak, pada Tanggal 26 Maret,  Sembilan perompak terbunuh sementara penduduk harus mengungsi ke dalam hutan. Antara Tanggal 25 dan 27 Maret beberapa perahu perompak terlihat di Sungai Liat. Selanjutnya pada Tanggal 27 Maret 1847, Enam puluh  (60) orang  perompak mendarat di dekat Tanjung di wilayah Gudang (Sungai 

Selan) yang kemudian mereka menangkap Delapan orang Cina yang sedang tidur ketika mereka  diserang oleh perompak. Kemudian  pada Tanggal  28 Maret kapal jelajah,  Nomor 57 yang dipimpin oleh Juragan Abdul Latif  bertemu dengan Enam perahu besar dan Lima sampan  Perompak di perairan Bangka Kota. Pada kesempatan ini seorang kelasi terluka parah. Juragan Abdul Latif  yang pertama melihat perahu perompak datang di depan sebuah cunia dan mengawasi  dengan sampan bersenjatanya. Juragan Abdul Latif  hampir tertangkap oleh para perompak apabila dia tidak membela diri dengan berani, dengan memicu sampannya menuju ke kapal jelajahnya. Pada peristiwa ini, Ia menyelamatkan sebuah cunia milik pemerintah dari Sungai Selan, yang akan jatuh ke tangan perompak yang  telah merampas Empat perahu nelayan Cina dengan pelaut-pelautnya. Sebelumnya para perompak telah menyerang di dekat Bangka Kota, kemudian  menculik seorang pribumi. Namun, salah satu tawanan mereka berhasil melarikan diri. 

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Lima)

Pada Tanggal 30 Maret,  Tujuh perahu perompak melewati sungai Kampa (Jebus). Kapal jelajah Nomor 41 yang menunggu di dekat Tanjung Genting mengejar mereka, berlayar di antara perahu-perahu itu dan melepaskan tembakan ke kanan dan kiri. Akan tetapi saat itu ketika angin berbalik, kapal itu mundur ke belakang yang mengakibatkan para perompak berhasil meloloskan diri. Selanjutnya Delapan perahu perompak yang pada hari itu berlayar melewati Sungai Liat, menangkap dua orang Cina dan Dua pribumi. Akan  tetapi mereka ditembaki oleh kapal patroli pemerintah De Haai. Kemudian pada hari itu (Tanggal 30 Maret 1847) Lima belas perahu perompak muncul di Koba dan Toboali, yang oleh Mas Agus Muhammad Assik, kepala dari Pulau Lepar setelah memperbaiki bentengnya (setelah pertempuran tanggal 21 Maret 1847) bersiap mengusir para perompak  dengan perahu-perahunya. Tampaknya Benteng Penutuk di pulau Lepar telah menjadi markas pasukan laut yang kuat dengan perahu perahu bersenjatanya yang dipimpin oleh Mas Agus Muhammad Assik. Sepanjang hari kapal jelajah Nomor 56 yang dikemudikan oleh Juragan Laut di dekat Sungai Sika (Blinyu) diserang Tujuh belas perahu perompak. Pada  Tanggal 31 Maret pertempuran berlangsung sampai siang hari, akan tetapi saat itu setibanya di Pulau Mengkudu tertahan karena persediaan mesiu dan amunisinya habis. Pada kesempatan ini dia (maksudnya Juragan Laut di dekat sungai Sika) berhasil menyelamatkan Satu perahu dagang yang berasal dari Muntok, yang akan jatuh ke tangan perompak. (bersambung/***).

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: