Apa Sebab Wilhelmina Park Jadi Tamansari? Ternyata Simpul Kedaulatan Negara antara Yogyakarta-Bangka

Apa Sebab Wilhelmina Park Jadi Tamansari? Ternyata Simpul Kedaulatan Negara antara Yogyakarta-Bangka

Bung Hatta Saat Mere4smikan Tugu Merdeka di Taman sari, tahun 1951.-sreenshot-

TAMANSARI atau pada saat awal berdirinya dinamakan Wilhelmina Park terletak pada sisi Barat rumah Residen (Residentshuis Te Pangkalpinang op Bangka) dan pada sisi Timur gedung pertemuan Panti Wangka (Societeit de Harmonie) berada pada posisi 020714 LS - 1060645 BT (48 M 0623710 mU-9765577 mT). 

---------------

TAMANSARI awalnya bernama Wilhelmina Park, dirancang oleh Van Ben Benzenhorn, dibangun sejak Tanggal 3 September 1913 ketika ibukota Keresidenan Bangka dipindahkan dari Kota Mentok ke Kota Pangkalpinang. 

Wilhelmina Park merupakan fasilitas pendukung dari rumah Residen yang berfungsi sebagai taman, konservasi tanaman, tempat berolahraga ringan dan tempat berangin-angin (zich onspannen). 

Pembangunan Wilhelmina Park di Kota Pangkalpinang sebagai ibukota keresidenan adalah salah satu wujud pembangunan kota ibukota yang dirancang atau direncanakan secara baik dan modern termasuk aspek strategis penataannya dengan berbagai fasilitas pemerintahan dan fasilitas publiknya. Luas areal Tamansari saat ini 3.780 m². Pada masa Walikotamadya Drs. Rustam Effendi di lokasi Tamansari, dibuat 2 sumur, yang pertama berfungsi untuk mandi dan cuci dan sumur kedua untuk air minum. 

BACA JUGA:DARI KAPITULASI TUNTANG KE TRAKTAT LONDON

Menurut Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung (Babel), Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, Penamaan Tamansari dilakukan ketika masyarakat Bangka Belitung menyambut berita kemerdekaan  Republik  Indonesia Tanggal 17 Agustus 1945 dengan penuh kegembiraan dan rasa sukacita. Hal ini tampak terutama setelah pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Maklumat Pemerintah tentang pekik perjuangan ”MERDEKA” sebagai “Salam Nasional”, dengan maklumat pemerintah Tanggal 31 Agustus 1945. 

''Pekik merdeka kemudian menggema dimana-mana dan oleh masyarakat Bangka dan Belitung tidak hanya diucapkan sebagai salam nasional melainkan kemudian dimanifestasikan atau disimbolkan dalam pemberian dan pengubahan nama-nama tempat atau nama geografis pada simpul-simpul penting di kota-kota di pulau Bangka, khususnya di Kota Pangkalpinang dengan penamaan atau toponomi yang menunjukkan nasionalisme dan patriotisme, terutama pada kawasan di sekitar “Titik Nol Pulau Bangka”,'' ujar Akhmad Elvian lagi.

BACA JUGA:KAMPUNG LIUKFUNTHEEUW ATAU LAKFOETOE

--Soal titik nol sendiri, menurut Sekwan DPRD KOta Pangkalpinang ini--, memang terdapat patok atau pilar batu 0 kilometer yang sekarang berada di depan bangunan Kerkeraad Der Protestansche Gemeente to Pangkalpinang, sekarang menjadi Gereja Protestan Indonesia Barat Maranatha di Pangkalpinang dan dalam Peta Belanda Res. 

Bangka en Onderh. Opgenomen door den Topografischen dienst in 1928-1929, pada bagian Legenda Peta Toelichtingen atau pada penjelasan, tergambar secara jelas keberadaan pilar 0km (steenen waterpaspilaar) dan km1-km 2 dan km-km selanjutnya yang disebut dengan steenen kilometerpaal pada masing jarak yang bertambah satu kilometer pada jalan jalan beraspal atau verharde weg a waarvan de verharding meer dan 4 m en b 2-4 m breed, yang dibangun pemerintah Hindia Belanda menuju masing masing ibukota distrik di pulau Bangka). 

''Penamaan geografis tempat (toponim) dengan simbol kata “merdeka” dan kata yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme tersebut meliputi kawasan alun-alun Selatan, diberi nama “Lapangan Merdeka” (sekarang Alun-alun Taman Merdeka), jalan yang dibangun antara alun-alun Selatan dengan Rumah Residen, diubah namanya dari Resident straat menjadi “jalan Merdeka”, kemudian wilhelmina park diubah namanya menjadi “Tamansari”,'' lanjutnya. 

Penamaan kata “Merdeka” untuk penamaan lapangan dan jalan raya juga dilakukan di beberapa daerah di Bangka seperti di Kota Mentok, Bangka Barat dan Kota Toboali, Bangka Selatan, selanjutnya di Kota Sungailiat, lapangan yang berada di kompleks perusahaan Timah milik Belanda BTW, juga diubah namanya menjadi Tamansari. 

BACA JUGA:Penjara Negara (Standegevangenis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: