DEMOKRASI DITENGAH POLITIK BRUTUS-ISME

DEMOKRASI DITENGAH POLITIK BRUTUS-ISME

Saifuddin --Foto: ist

Berbagai pertanyaan yang akan muncul setelah Golkar mengalami “pembonsaian” apakah dilingkaran istana ada Brutus? situasi politik saat ini semakin memperlihatkan berbagai prilaku Brutus yang menikam kawan politik dari dalam. (mungkin) Airlangga mengalami hal serupa di tubuh Golkar---bukan alasan untuk fokus sebagai menteri, sangat spekulatif. 

Yang cukup tragis adalah ketika pidato pertama Bahlil setelah didapuk sebagai ketua umum Partai Golkar dengan narasi “jangan main-main dengan Raja Jawa, celaka kita” ucapan Bahlil ini pada akhirnya memunculkan berbagai polemik dan perspektif tentang raja jawa yang dimaksud. Mungkinkah raja jawa yang dimaksud itu adalah Jokowi? Pernyataan Bahlil itu sangat berindikasi pada satire-locally yang berarti kalau “Raja Jawa” itu jahat, bengis, kejam dan culas. Ini sebenarnya merendahkan suku jawa sekaligus penghinaan. 

BACA JUGA:DEMOKRASI SERUMPUN SEBALAI

BACA JUGA:Hilangnya Rasa Keadilan

Berkaca dari kisah Brutus di istana Yulio Caesar yang kemudian dibunuh dalam sidang parlemen oleh para pengikutnya sendiri. Semua itu terjadi di luar dugaan mengingat Brutus hanya seorang pelayan istana. Para penasehat kerajaan pun sudah membelot ketika melihat gelagat sang Caesar tidak lagi mampu mengendalikan nafsu kekuasaannya. Istana mengalami kegoncangan atas kematian sang Caesar. Tak ada yang benar-benar setia dalam kekuasaan saat keserakahan dan kerakusan melanda istana. 

Sehingga boleh jadi “para Brutus” mulai mengasah belatinya entah kepada siapa ia akan tusukkan. Bahlil yang telah berhasil menusuk sang ketua sehingga harus terpental jatuh---memang sangat mengejutkan disaat Anies Baswedan dijegal justru Airlangga Hartarto yang terjungkal. Bahlil telah melumuri darah tangannya karena titah sang raja. 

BACA JUGA:POLITISI LELUCON, KOMEDIAN POLITISI

BACA JUGA:Pentingnya pendidikan Pancasila

Fenomena politik ini kemudian kita bawa pada arena “demokrasi Indonesia” yang tidak sedang baik-baik saja---ada banyak tragedi yang terjadi di ujung kemangkatan seorang pemimpin negara. Tragedi KPK yang akhir-akhir ini lagi menghadapi sorotan terkait gratifikasi Jet Pribadi Kaesang, Blok Medan di kasus korupsi AGK (Gubernur Maluku Utara). Berbagai dalih dan dalil dari KPK untuk anak dan keluarga presiden, akan KPK bernai memanggilnya? hingga detik ini KPK tetap tak bergeming, takut atau dalam posisi tekanan. 

Belum lagi akun kaskus Fufufafa yang lagi trending di laman (X) yang diduga milik Gibran Rakabuming Raka (wapres terpilih)---yang telah melalukan penghinaan secara seronok kepada Prabowo dan keluarganya yang mulai terbongkar. Ini akan menjadi bom waktu bagi posisi Gibran dalam mendampingi Prabowo sebagai presiden terpilih. Sekaligus Fufufafa akan menjadi Brutus pada dirinya sendiri diujung jabatan sang bapak sebagai presiden. 

Tentu jejak digital ini akan menjadi catatan bagi Prabowo untuk Gibran---akankah koalisi akan tetap bertahan? ataukah Gibran akan ditinggalkan di tengah jalan? atau dimakzulkan setelah ia dilantik menjadi wapres. Semua itu akan menjadi drama yang paling apik dilingkaran istana. Prabowo tentu akan menghindari adanya “Brutus” dilingkaran kekuasaannya. 

Targedi ini pada akhirnya menimbulkan kecemasan bagi Jokowi di detik-detik terakhir kekuasaannya, karena ini soal moral dan etik bagi kelangsungan dan harmonisasi pemerintahan ditangan Prabowo sebagai presiden, Gibran di ujung tanduk. 

BACA JUGA:PERUBAHAN NAMA DAN KEDUDUKAN DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN MENJADI DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

BACA JUGA:Memerangi Judi Online dan Pinjol Ilegal: Pentingnya Literasi dan Inklusi Keuangan Bagi Generasi Muda

Akhir yang mencemaskan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: