DEMOKRASI SERUMPUN SEBALAI

DEMOKRASI SERUMPUN SEBALAI

Saifuddin --Foto: ist

Oleh : Saifuddin

Direktur Eksekutif LKiS

Penulis Buku ; Politik tanpa Identitas, Obituari Demokrasi, Elegi Demokrasi, catatan cacat-an Demokrasi

___________________________________________

BANGSA Melayu dikenal sebagai entitas yang mendiami kawasan sumatera baik daratan maupun pesisir. Entitas Melayu begitu populer dengan sastrawan, sejarahwan, ulama dan cendikiawan. Seperti Buya Hamka misalnya disamping sebagai ulama juga cendikiawan yang sangat populer dan berpengaruh terhadap kehidupan berbnagsa dan bernegara di Indonesia. Melayu seringkali disematkan sebagai entitas yang religius, santun dan cerdik pandai. Sehingga bangunan kulturnya pun begitu kompak, bersahaja serta sangat toleran dengan entitas yang lainnya. 

Dalam tradisi pengetahuan sosioantropolog---disamping kita mengenal hubungan manusia secara interaksionalisasi dengan manusia lainnya, maka kita juga akan menemukan berbagai dimensi kebudayaan, adat, kebiasaan serta karakter yang membersamai hubungan-hubungan sosial itu dalam masyarakat. Dalam pendekatan sosiologis perbedaan-perbedaan itu dapat dikategorikan seperti : strata sosial, strata pendidikan, mata pencaharian, agama, suku, ras dan adat istiadat. Stratifikasi sosial itu sebagai pembeda dalam hubungan masyarakat satu dengan yang lainnya. 

Tetapi dalam kerangka pendekatan antropologis seperti dimensi kebudayaan dan karakter---berasimilasi atau paling tidak membaur menjadi satu rumpun dalam komunitas tertentu tanpa harus menghilangkan identitas diri (individu maupun kelompok). Sehingga Serumpun Sebalai bisa dimaknai sebagai alas kebersamaan semua suku tanpa sekat di dalamnya. 

BACA JUGA:Hilangnya Rasa Keadilan

BACA JUGA:POLITISI LELUCON, KOMEDIAN POLITISI

Terkait perhelatan demokrasi di kepulauan Bangka Belitung tentu juga banyak menyita perhatian publik dengan santernya kasus korupsi tata kelolah timah yang merugikan negara sekitar 300 Trilyun. Tetapi semua itu tidak akan mengganggu kondisi perhelatan politik menjelang pilkada serentak yang akan digelar 27 November 2024 mendatang. Tentu semua pihak menginginkan kedamaian, serta kondusifitas di daerah yang majemuk ini. 

Hal tu senada ssebagaimana yang disampaikan oleh mantan gubernur Babel (2017-2022) Erzaldi Rosman bahwa dengan ajakan mari mewujudkan proses demokrasi yang aman dan elegan tanpa harus menyebar hoax yang bisa saja menyesatkan masyarakat. Harapannya adalah bagaimana sebuah kompetisi demokrasi tidak harus dinodai dengan berbagai isu dan berita yang belum tentu kebenarannya. Ajakan ini adalah himbauan moral agar Propinsi Kepulauan Bangka Belitung tetap kondusif, aman dan sejahtera dalam setiap event politik. 

Berangkat dari pemahaman Serumpun Sebalai---keterpecahan, tentu akan menghiangkan makna makna filosofis ini. Tak ada artinya serumpun kalau tidak Sebalai, demikian pula sebaliknya tak ada artinya Sebalai kalau tidak serumpun---ibarat tebu walau memiliki ruas-ruas yang berbeda tetapi tetap menngandung rasa manis. 

Dengan demikian, menelaah Demokrasi kaitannya dengan makna Serumpun Sebalai sesungguhnya bisa menjadi “budaya politik” artinya politik yang berbudaya, elegant, politik yang menjunjung nilai-nilai kebersamaan serta saling menghargai satu sama lain. Pendeknya bisa disebut sebagai “Politik kemanusiaan”. Dalam tradisi masyarakat kontemporer politik kemanusiaan lebih identik dengan saling memanusiakan dalam politik tanpa harus menjatuhkan orang lain dengan cara-cara yang kurang baik pula. 

BACA JUGA:Pentingnya pendidikan Pancasila

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: