Memerangi Judi Online dan Pinjol Ilegal: Pentingnya Literasi dan Inklusi Keuangan Bagi Generasi Muda

Memerangi Judi Online dan Pinjol Ilegal: Pentingnya Literasi dan Inklusi Keuangan Bagi Generasi Muda

M. Makhdi --Foto: ist

Kedua, tingkat utang yang tinggi, Individu yang tidak memahami cara kerja pinjaman (terutama pinjol ilegal) memungkinkan dirinya terjebak dalam utang dengan suku bunga tinggi yang sulit dilunasi. Hal ini dapat menyebabkan stres finansial yang berkepanjangan dan menghambat kemampuan untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang.

Ketiga, ketidakmampuan untuk menghadapi keadaan darurat keuangan dan rendahnya kualitas hidup. Tanpa pemahaman tentang pentingnya menabung dan tanpa akses ke layanan keuangan yang memadai, individu mungkin tidak siap menghadapi situasi darurat seperti kehilangan pekerjaan atau kebutuhan medis mendesak. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan drastis dalam kualitas hidup dan kesejahteraan tanpa produk keuangan penting seperti asuransi kesehatan, tabungan pensiun, dan pinjaman pendidikan, individu tidak dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan dapat menyebabkan ketergantungan pada bantuan sosial dan menghambat mobilitas ekonomi.

Di tingkat kelompok usaha, dampak lemahnya literasi dan inklusi keuangan juga sangat terasa. Kesulitan dalam mendapatkan pendanaan adalah salah satu tantangan utama. Usaha kecil dan menengah (UKM) sering kali gagal mendapatkan pembiayaan yang diperlukan karena pemilik atau manajer tidak memiliki literasi keuangan yang memadai untuk menyusun proposal pinjaman yang kuat.

BACA JUGA:CARA (KITA) MEMBUNUH DEMOKRASI

BACA JUGA:REFORMASI, & PENGHINATAN KAUM INTELEKTUAL

Manajemen keuangan dan manajemen investasi yang buruk adalah dampak lain dari literasi keuangan yang rendah di kalangan pengusaha. Ketidakmampuan dalam mengelola arus kas, menyusun anggaran, dan mengidentifikasi risiko keuangan dapat mengancam keberlanjutan bisnis. Hal ini sering kali berujung pada kegagalan bisnis dan kehilangan lapangan kerja.

Selain itu, pertumbuhan bisnis yang terhambat menjadi masalah serius akibat lemahnya inklusi dan literasi keuangan. UKM yang tidak memiliki akses ke layanan keuangan dan pemahaman yang baik tentang pengelolaan keuangan mungkin kesulitan untuk berinovasi dan meningkatkan produktivitas. Hal ini membatasi kemampuan mereka untuk bersaing di pasar dan menghambat ekspansi.

Kelompok usaha yang tidak memiliki akses ke sistem perbankan formal sering kali bergantung pada sumber pendanaan informal termasuk pinjaman online. Ini meningkatkan risiko keuangan karena pinjaman dari keluarga atau teman mungkin tidak mencukupi atau memiliki biaya yang lebih tinggi. Ketergantungan ini dapat menyebabkan ketidakstabilan bisnis dan menghambat pertumbuhan jangka panjang.

Lemahnya literasi dan inklusi keuangan dapat memperparah ketimpangan ekonomi, karena individu dan kelompok usaha tanpa akses atau pemahaman tentang layanan keuangan cenderung tertinggal. Ketidakmampuan mengelola keuangan dengan baik juga berisiko menimbulkan ketidakstabilan ekonomi, mengingat tingginya tingkat utang yang tidak terkelola dapat menyebabkan risiko sistemik dan potensi krisis keuangan.

Penurunan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi adalah dampak makroekonomi lainnya. Inklusi keuangan yang rendah membatasi akses ke modal bagi banyak bisnis, terutama UKM yang merupakan tulang punggung banyak perekonomian. Hal ini menghambat inovasi, investasi, dan produktivitas, mengurangi laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

BACA JUGA:Pilkada Bangka Semakin 'Manis'

BACA JUGA:MODIFIKASI SISTEM TATA KELOLA SAMPAH, DEMI PANGKALPINANG YANG BERSIH, ASRI, DAN TERJAGA

Untuk meningkatkan inklusi keuangan dapat dilakukan beberapa cara misalnya (1).Peningkatan Infrastruktur Keuangan,dimana Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk memperluas jaringan perbankan dan infrastruktur digital, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, (2).Program pendidikan dan kampanye kesadaran perlu ditingkatkan untuk memberitahu masyarakat tentang produk dan layanan keuangan yang tersedia serta manfaatnya, (3).Inovasi Teknologi, Dengan teknologi finansial (fintech) dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan inklusi keuangan dengan menyediakan layanan yang lebih murah, lebih cepat, dan lebih mudah diakses, (4).Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan dan regulasi yang mendukung inklusi keuangan, termasuk insentif bagi lembaga keuangan untuk melayani segmen masyarakat yang tidak terlayani.

Sedangkan upaya untuk meningkatkan literasi keuangan dapat dilakukan dengan cara diantaranya (1).Integrasi Pendidikan Keuangan dalam Kurikulum Sekolah, Dengan mengintergasikan Pendidikan keuangan sebagai bagian dari kurikulum sekolah diharapkan dapat memastikan bahwa generasi muda memperoleh pengetahuan dasar tentang pengelolaan keuangan dan manajemen investasi, (2).Program Pelatihan untuk Orang Dewasa, Program pelatihan dan workshop untuk orang dewasa dapat membantu meningkatkan literasi keuangan mereka. Ini bisa dilakukan melalui kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah, (3).Penggunaan Media dan Teknologi seperti Platform online, aplikasi, dan media sosial untuk menyebarkan informasi dan materi edukatif tentang literasi keuangan.

Meskipun terdapat banyak tantangan dalam meningkatkan kedua aspek ini, berbagai solusi dan inisiatif telah menunjukkan bahwa kemajuan dapat dicapai. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua individu memiliki akses ke layanan keuangan yang memadai dan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola keuangan mereka dengan bijak. Dengan begitu, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan sejahtera.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: