Pemilu 2024: Aksi dan Asa Generasi Muda Menentukan Arah Politik Indonesia

Pemilu 2024: Aksi dan Asa Generasi Muda Menentukan Arah Politik Indonesia

Kamaluddin, S.Pd.,M.Pd.,C.MT.--(ist)

Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto menggunakan platform Instagram yang hingga kini sudah diikuti oleh 9,1 juta pengikut. X (twitter) dengan 4,7 juta pengikut, facebook sebanyak 10 juta pengikut, serta TikTok sebanyak 312.2 K pengikut. Sedangkan Cawapres nya Gibran Rakabuming Raka menggunakan platform Instagram yang diikuti oleh 2,3 juta pengikut. X (twitter) dengan 1,3 juta pengikut, youtube dengan 33,3 ribu subscriber, facebook dengan 186 ribu pengikut, serta TikTok sebanyak 1,5 M pengikut.

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menggunakan platform Instagram yang hingga kini sudah diikuti oleh 6,6 juta pengikut. X (twitter) dengan 3,5 juta pengikut, youtube dengan 2,39 juta subscriber, facebook sebanyak 2,3 juta pengikut, serta TikTok sebanyak 7,5 M pengikut. Sedangkan Cawapres nya Mahfud MD menggunakan platform Instagram yang diikuti oleh 1,3 juta pengikut. X (twitter) dengan 4,4 juta pengikut, facebook dengan 115 ribu pengikut, serta TikTok sebanyak 209.7 K pengikut.

BACA JUGA:Qris Transaksi Digital Fintech dan Fenomena Online Shopping, Crypto Currency

BACA JUGA:23 Tahun Sudah Usiamu Bangka Belitung, Kemanakah Nasibmu Berlabuh

Capres dan Cawapres terus memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk meraih dukungan pemilih. Perbandingan jumlah pengikut (followers maupun subscribers) para kontestan memberi gambaran bahwa masing-masing kontestan memiliki jumlah pengikut yang besar. Para calon presiden memiliki tingkat popularitas yang tinggi dan cukup seimbang. Prabowo Subianto sangat populer dan mendominasi platform Facebook, Ganjar Pranowo sangat populer dan mendominasi platform TikTok dan YouTube, sementara Anies Baswedan mampu mengungguli kedua kompetitornya di platform media sosial seperti Instagram dan Twitter.

Di era media sosial ini, popularitas diukur dari seberapa banyak konten yang dihasilkan sehingga dapat menarik perhatian pengguna. Namun, perlu diingat bahwa tingginya tingkat popularitas tidak selalu menjamin keterpilihan. Elektabilitas, yang berkaitan dengan seberapa baik seorang kontestan dapat menyelesaikan masalah dan memenangkan kepercayaan pemilih, menjadi aspek penting dalam dinamika politik Pemilu 2024.

Strategi kampanye para kontestan juga mencerminkan cara pandang dan nilai yang ingin mereka tonjolkan. Pasangan Anies-Muhaimin membuat acara "Desak Anies dan Slepet Imin", sementara pasangan Ganjar-Mahfud memiliki acara "RembuGanjar Gerak Cepat dan Tabrak, Prof!". Kedua pasangan berusaha mengidentikkan diri sebagai pemimpin intelektual modern, merakyat, dan islami. Di sisi lain, Prabowo-Gibran menghadirkan strategi yang tampaknya berbeda dengan melibatkan kecerdasan buatan (AI) dalam kampanye mereka. Nampaknya pasangan ini ingin menonjolkan branding lucu dengan mempopulerkan istilah "Gemoy". Strategi ini menunjukkan adaptasi mereka terhadap preferensi dan kecenderungan generasi muda yang sangat aktif di media sosial. Namun, strategi tersebut juga menimbulkan pertanyaan kritis terkait substansi gagasan dan visi misi kontestan. Apakah strategi ini hanya sebagai upaya untuk memoles citra tampilan tanpa memedulikan substansi atau gagasan yang dibawa?

BACA JUGA:Upaya Pelestarian Varietas Padi Lokal Menuju Pertanian Berkelanjutan

BACA JUGA:Mengelola Kota, Mengelola Sampah

Seiring dengan strategi yang mencerminkan identitas dan nilai masing-masing pasangan kontestan, penting bagi para pemilih untuk juga menilai kedalaman gagasan dan visi misi yang dibawa oleh setiap pasangan kontestan. Adanya strategi seperti "Desak Anies dan Slepet Imin" atau "RembuGanjar Gerak Cepat dan Tabrak, Prof!" dapat menarik perhatian, dan pertanyaan substansial perlu diajukan terkait dengan rencana dan solusi konkrit yang mereka tawarkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa.

Penting bagi generasi muda, yang secara aktif terlibat dalam media sosial, untuk tidak hanya terpukau oleh tampilan visual atau tren lucu semata. Dengan adanya keterlibatan mereka, terutama dalam mengajukan pertanyaan kritis, generasi muda dapat memastikan bahwa pemilihan pemimpin tidak hanya didasarkan pada citra publik yang dibangun melalui media sosial, tetapi juga pada substansi dan kemampuan nyata untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat. Dengan demikian, strategi kampanye yang menciptakan daya tarik visual di media sosial dapat menjadi peluang untuk mengeksplorasi lebih dalam dan memahami platform ide dan gagasan yang diusung oleh setiap kandidat.

Dalam konteks Bonus Demografi, peran generasi Z dan milenial menjadi semakin penting. Bahwa kesadaran mereka terhadap isu-isu global, partisipasi dalam pemerintahan, dan pemilihan pemimpin melalui Pemilu 2024 akan membentuk arah politik Indonesia ke depan. Dengan adanya Bonus Demografi menjadi momentum berharga dan peran media sosial menjadi kunci untuk memahami dan merespons dinamika ini dengan baik.

Seiring pemilihan mendekat, interaksi antara kontestan dan pemilih melalui media sosial akan semakin intens. Komentar, pesan pribadi, dan polling menjadi saluran komunikasi langsung yang memungkinkan kontestan membangun hubungan yang lebih dekat dengan pemilih. Dengan demikian, media sosial tidak hanya menjadi panggung kampanye, tetapi juga alat untuk mendengarkan suara dan aspirasi rakyat secara lebih baik.

BACA JUGA:UPAYA PRODUKSI BENIH TSS BAWANG MERAH UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BENIH DI LAHAN BEKAS TAMBANG BABEL

BACA JUGA:Pengaruh Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa Pada Peningkatan SDM dan Daya Saing Desa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: