23 Tahun Sudah Usiamu Bangka Belitung, Kemanakah Nasibmu Berlabuh

23 Tahun Sudah Usiamu Bangka Belitung, Kemanakah Nasibmu Berlabuh

Handika Yuda Saputra --Ist

Oleh : Handika Yuda Saputra, M.Pd

Ketua Umum PC IMM BSM Kota Pangkalpinang

SEBUAH wilayah kepulauan dengan berjuta keindahan akan wisatanya, historical akan bukti sejarahnya, tanah yang subur akan hasil taninya, dan kekayaan akan hasil timahnya. Inilah Bangka Belitung, sebuah provinsi yang lahir pada 21 November tahun 2000. Banyak sudah fakta empiris dalam sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa provinsi ini menjadi wilayah yang potensial di berbagai sektor. Hal ini tidak lepas dari perjuangan masyarakat Bangka Belitung untuk mandiri dengan otonomi daerah sendiri.

Pertama dari sektor destinasi wisata dan budaya, Bangka Belitung sangat potensial dalam pengembangan wisata alam, sejarah, dan kulinernya, bahkan Presiden ke 7 Republik Indonesia bapak Ir. H. Joko Widodo menyampai bahwa sektor yang harus dikembangkan di Provinsi Bangka Belitung adalah sektor pariwisata. Ini menandakan bahwa Kepulauan Bangka Belitung melalui pemerintah bersama masyarakat harus progresif dalam mengembangkan, menjaga, serta melestarikan potensi wisata yang ada. Saya sepakat dengan beberapa kampus menghadirkan Program Studi Pariwisata maupun Pariwisata syariah yang membuktikan keseriusan dalam pengembangan SDM di sektor Pariwisata.

BACA JUGA:Upaya Pelestarian Varietas Padi Lokal Menuju Pertanian Berkelanjutan

Kedua dalam sektor pertambangan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal dengan kekayaan timahnya. Namun sayangnya memiliki saja tidak cukup untuk mengembangkan kesejahteraan dan penciptaan lapangan kerja. Saya sangat mengharapkan ada hilirisasi pertambangan timah yang berdampak pada meningkatnya nilai tambah hasil tambang. Dengan adanya hilirisasi timah, Bangka Belitung tidak hanya menjual bahan mentah timah namun mampu menciptakan teknologi baru dari hasil timah itu sendiri. Hal ini pula akan menciptakan banyak lapangan kerja yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan menekan angka pengangguran masyarakat di Bangka Belitung.

Ketiga dalam sektor pertanian, tidak hanya pada pertambangan, sektor pertanian juga sangat perlu untuk melaksanakan proses hilirisasi. Bangka Belitung haruslah memiliki pabrik kelapa sawit yang memproduksi minyak goreng siap pakai, haruslah pula memiliki pabrik karet yang memproduksi bahan jadi seperti ban motor, mobil, dll. Ini memerlukan kerja keras dari pemerintah, kebijakan hilirisasi harus dilakukan dengan stakeholder lainnya atau di sub-sistem lainnya. Kebijakan hilirisasi harus melibatkan dari aspek pengadaan input, produksi, pengolahan, pemasaran serta penunjang lainnya.

BACA JUGA:UPAYA PRODUKSI BENIH TSS BAWANG MERAH UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BENIH DI LAHAN BEKAS TAMBANG BABEL

Prof. Dr. Amzul Rifin seorang Staf Pengajar Departemen Agribisnis FEM IPB memberikan contoh dalam hilirisasi, beliau mengatakan bahwa apabila pemerintah ingin meningkatkan pengolahan karet domestic dengan memberikan insentif pada pengusaha, harus dibarengi dengan kebijakan peningkatan produksi karet di tingkat petani maupun kebijakan pemasaran produk karet baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Tanpa kebijakan di dua sub-sistem lainnya (usahatani dan pemasaran), kebijakan peningkatan pengolahan karet domestik akan sia-sia belaka. Dampaknya dapat berupa peningkatan impor bahan baku karet atau tidak terserapnya produk olahan karet baik di pasar domestik maupun internasional.

Kesadaran akan ketiga potensi tadi akan mampu menjadikan perubahan yang signifikan bagi Bangka Belitung. Harapannya dengan bertambahnya usia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini akan menjadi Provinsi yang mandiri dan sejahtera sehingga nasib provinsi ini akan berlabuh dan bersandar menuju cita-cita bersama, yakni Indonesia emas tahun 2045.(*)

BACA JUGA:Pengaruh Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa Pada Peningkatan SDM dan Daya Saing Desa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: