UPAYA PRODUKSI BENIH TSS BAWANG MERAH UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BENIH DI LAHAN BEKAS TAMBANG BABEL

UPAYA PRODUKSI BENIH TSS BAWANG MERAH UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BENIH DI LAHAN BEKAS TAMBANG BABEL

Bibit bawang sistem TST --Ist

Oleh: Winda Wahyuni, S.P., M.Si

Dosen Agroteknologi UBB

KOMODITAS bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peranan penting dan tidak dapat disubtitusi sehingga ketersediannya harus selalu terjamin dengan harga yang terjangkau. Permintaan terhadap komoditas bawang merah oleh Masyarakat Bangka Belitung sangat tinggi. Namun produksi bawang merah di Bangka Belitung masih tergolong baru dan hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar 30-40%.

Sebagaimana yang kita ketahui Bangka Belitung merupakan daerah penghasil timah terbesar di Indonesia. Kegiatan penambangan timah dapat menyebabkan berbagai kerusakan terutama pada kesuburan tanah yang berdampak pada kondisi pertanian di Bangka Belitung. Kabupaten Bangka Tengah merupakan salah satu sentral komoditi hortikultura termasuk bawang merah. Saat ini di Provinsi Bangka Belitung terdapat tujuh kelompok tani yang khusus memproduksi bawang merah. Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah telah melakukan kolaborasi dengan Bank Indonesia dalam rangka meningkatkan produksi bawang merah dengan pemberian saprodi yang diperlukan.

BACA JUGA:Pengaruh Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa Pada Peningkatan SDM dan Daya Saing Desa

Kondisi lahan pertanian di Bangka Belitung cukup spesial karena umumnya merupakan lahan bekas tambang, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi petani dalam kegiatan budidaya bawang merah. Ketua Kelompok Tani Timur Makmur, Erwansyah menjelaskan bahwa budidaya bawang merah di Bangka Belitung merupakan sesuatu yang baru dan memiliki keunggulan dibandingkan daerah lain dimana petani mampu memproduksi bawang merah pada kondisi lahan bekas tambang dan dataran yang rendah. Hal inilah yang menjadi keunggulan petani bawang merah di Bangka Belitung. Erwansyah juga menambahkan selama proses budidaya bawang merah di lahan bekas tambang terdapat beberapa kendala seperti serangan hama dan penyakit yang mampu menurunkan hasil produksi. Namun kendala tersebut masih dapat teratasi oleh petani.

Umumnya dalam produksi bawang merah dilakukan pada dataran tinggi dengan suhu yang rendah. Terdapat beberapa kekurangan penggunaan umbi dalam perbanyakan tanaman diantaranya yaitu tidak tahan disimpan lama, mudah terinfeksi penyakit terbawa benih dan membutuhkan ruang penyimpanan khusus saat proses distribusi benih. Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jendral Hortikultura telah melaksanakan upaya produksi bawang merah berteknologi TSS (True Shallot Seed) atau lebih dikenal dengan biji botani.

BACA JUGA:Urgensi Rancangan Kitab UU Hukum Acara Pidana Pasca KUHP Baru Indonesia

True Shallot Seed (TSS) merupakan terobosan baru dalam rangka mengatasi kelangkaan benih bawang merah. Keunggulan dari benih TSS adalah tanaman lebih sehat, nisbah perbanyakan tinggi, masa simpan panjang, tidak membutuhkan ruang penyimpanan khusus dan harga lebih murah. Hingga saat ini pemerintah sedang mendorong penggunaan benih TSS pada perbanyakan bawang merah. Produksi TSS bawang merah di Indonesia masih tergolong rendah, hal disebabkan oleh kondisi lingkungan tepatnya pada fotoperiode dan suhu yang tidak mendukung untuk terjadinya inisisasi pembungaan.

Tim peneliti dari Universitas Bangka Belitung Winda Wahyuni dan Rinny Saputri yang berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Balai Penyuluhan Pertanian Pangkalan Baru serta Kelompok Tani Timur Makmur melakukan percobaan produksi benih TSS bawang merah dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) giberelin dan perlakuan vernalisasi. ZPT merupakan senyawa organik yang berperan dalam merangsang dan menghambat pertumbuhan tanaman dan vernalisasi merupakan pemberian suhu dingin Giberelin umumnya digunakan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan pada tanaman. Kegiatan ini didanai oleh Universitas Bangka Belitung melalui program “Peneliti Muda”.

BACA JUGA:SDM Pendidikan dan Tantangan Globalisasi Masa Depan

Kami melakukan produksi benih TSS bawang merah sesuai dengan standar produksi benih yang digunakan Balai Penelitian Sayuran, Lembang. Benih yang digunakan terdiri dari dua varietas yaitu Bima Brebes dan Biru lancor yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedua benih ini memiliki daya adaptasi terhadap dataran rendah yang cukup baik dan sudah tersertifikasi. Penelitian ini berfokus pada peningkatan jumlah bunga bawang merah agar bisa menghasilkan benih botani dalam jumlah banyak. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei hingga Agustus tahun 2023 bertempat di lahan pertanian milik Kelompok Tani Timur Makmur. Selama proses budidaya berlangsung terdapat berbagai kendala, salah satunya yaitu tingginya serangan hama dan penyakit serta kondisi cuaca yang kurang mendukung sehingga produksi benih TSS yang dihasilkan masih sangat rendah.

Selain itu, daya adaptasi dari masing-masing varietas yang rendah juga menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kurang optimal. Dari kegiatan produksi benih yang dilaksanakan dari dua varietas tersebut hanya satu varietas yaitu Bima Berebes yang mampu menghasilkan benih TSS dengan jumlah sedikit hanya sekitar 10% dari jumlah populasi yang ditanam. Penelitian ini juga merupakan penelitian pendahuluan dalam produksi benih TSS di Bangka Belitung.

BACA JUGA:Pentingnya Sumber Daya Manusia dalam Pengembangan Organisasi di Era Digitalisasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: