Tiko, Tauke, Kapthai Sampai Kapitan (Bagian Dua)

Tiko, Tauke, Kapthai Sampai Kapitan (Bagian Dua)

Letnan Cina Merawang Oen Bing Hee juga merapatkan diri bersama pasukan Depati Amir lainnya (Madjid, 2015:10).

Dalam arsip kolonial Belanda antara Tahun 1850 sampai 1851 masih banyak lagi orang-orang Cina yang mengambil jalan untuk ikut berperang membantu Depati Amir dalam perang melawan penjajahan Belanda.

Bantuan kepada pasukan Depati Amir juga berasal dari beberapa orang mualaf seperti Raman, Aim dan King Tjoan. 

Berdasarkan laporan residen Bangka dalam Algemeen Verslag Der Residentie Banka Over Het Jaar 1850, Bundel Bangka No. 41, disebutkan bahwa “di antara beberapa orang Cina selalu ada penghinaan terhadap kekuasaan kita, yang dikeluhkan juga oleh pendahuluan saya. 

Hal ini terbukti dari apa yang muncul dalam laporan saya tanggal 26 Januari 1851 nomor XIV/A mengenai hubungan beberapa orang Cina dengan Amir.

Sementara hubungan ini berlangsung sejak dahulu yang ditandai dengan penjarahan di kompleks saya, hal itu jangan dikacaukan dengan bantuan yang dimaksudkan di atas yang terpaksa diberikan oleh para pekerja tambang kepada kaum pemberontak dan perlu untuk menghukum berat mereka yang bersalah”.

Dari laporan residen Belanda, dapat diketahui bahwa memang telah terjalin hubungan dan ikatan yang erat sejak lama antara Depati Amir dengan orang-orang Cina terutama yang menyangkut urusan pertimahan.

Hubungan dan ikatan tersebut kemudian terjalin lebih erat lagi untuk menghadapi kekuasaan kolonial Belanda di pulau Bangka, antara lain karena pemberlakuan monopoli pertimahan yang merugikan, baik bagi kalangan elit orang Cina (pemilik-pemilik saham kongsi, kepalakepala parit) maupun elit pribumi Bangka (para depati, batin dan krio).

Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam berkuasa di pulau Bangka, para depati, batin dan krio serta para pemimpin kongsi pertambangan yang disebut “tauke” atau “towkay” atau Tauke adalah orang-orang terpandang dan memiliki kekayaan yang besar karena mereka adalah pengusaha dan pemilik tambang.

Pemberlakuan monopoli pertimahan oleh Belanda jelas mengancam dan merugikan bagi kepentingan ekonomi mereka.

Pemerintah Hindia Belanda beranggapan, bahwa bantuan yang diberikan orang-orang Cina kepada Depati Amir adalah karena terpaksa, terutama karena mereka takut tambangtambang Timah dan harta-harta mereka dijarah oleh pasukan Depati Amir.

Bagi orang-orang Cina lebih baik membantu Depati Amir karena Pemerintah Hindia Belanda sendiri tidak mampu memberikan jaminan keamanan kepada mereka.

Berikut ini adalah salah satu bentuk komunikasi Amir dalam bentuk surat yang pernah dikirimkannya pada seorang Kapiten Cina: Surat Depati Amir kepada Kapten Mayor Cina di negeri Mentok tertanggal 22 Januari 1850 (7 Rabiulawal 1266 H)

Saya Amir kirim tabe serta dengan hormat dan selamat barang disampekan Allah saibuhanahoe wata Allah apalah kiranja dateng kepada sahabat saia kapiten major die dalem bandar negerie Mentok jang dapat selamat hoemoer pandjang dieatas pangkat jang kabesaran moeliaan adanja. Sahadan maka adalah saia kirim sepotong soerat kepada sahabat saia kapiten major dari perkara saia dengan djaksa tempo djaksa di Pangkalpinang itoe djaksa bilang maoe bitjara betoel ada perkara sadikit ada orang nama Djamiel ada dapat selalu sama saia poenja saoedara prempoean iatoe orang tiadalah maoe kawin sama saia punja soedara 300 die dalem saia peonja hadat orang toea-toea dahoeloe moestie bajar hadat ampatliekoer ringgit iatoe perkara habies lantas saia toeroen die Pangkalpinang ietoe djaksa kasie saia makan mabok ietoe djaksa dan batin-batin di Pangkalpinang kerdja soeroe djaksa tangkap saia poenja anakh dan saia poenja soedara satoe luka dan satoe matie dipotong, dia dalam saia punja masalah tiada apa apa saia punja kesalahan, saia punja anak atawa saia punja saudara ietoe djaksa maoe memboeat roesoe hendak meroesakan Tanah gouvernement dan dengan tjoema toean kongsie Selan dan sahabat saia kapiten major jang maoe membetoelkan tanah gouvernement dan keroegian die atas governement dan timbangan jang betul dan sekarang toean besar dan kepala-kepala Raad di Mentok tiada poenja timbangan lagie denger orang poenja adoean karija djabar dan doea kamoen moeloat djadie roesoe tanah governemen. Tersoerat kepada 7 hari bulan Rabioelawal 1266 (22 Januari 1850).

Surat ini berisi penjelasan secara khusus Amir kepada mayor Cina di Muntok, kenapa beliau sampai melakukan perlawanan bersenjata secara terbuka kepada pemerintah Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: