RIMBAK, REBAK, PEMITAK, KUBAK, BEBAK DAN KELEKAK (Bagian Delapan)

 RIMBAK, REBAK, PEMITAK,   KUBAK, BEBAK DAN KELEKAK  (Bagian Delapan)

Akhmad Elvian-Dok-

OLeh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

SALAH satu tanaman yang umumnya dijumpai hampir di tiap kelekak di pulau Bangka adalah pohon Aren atau Kabung (Arentuin). 

---------------

POHON Aren atau Kabung juga ditanam pada bagian belakang rumah penduduk hampir di tiap kampung di pulau Bangka dan dapat dilihat pada Peta Resident Bangka en Onderh. Opgenomen door den Topografischen dienst in 1928-1929, dan bahkan ada di kampung tertentu seperti di kampung Arungdalam Distrik Koba, pohom Aren atau Kabung ditanam pada bagian belakang rumah prnduduk kampung di satu kawasan berbentuk arung yang cukup dalam dan panjang berbatasan langsung dengan pesisir Timur pantai pulau Bangka. Tampaknya ladang Kabung atau Aren sengaja ditanam untuk fungsi mencegah abrasi laut dan daunnya yang rapat dapat menahan kencangnya angin laut menuju kampung dengan posisi daun dan pelepah sejajar tingginya dengan rumah penduduk di Kampung Arungdalam. 

BACA JUGA:RIMBAK, REBAK, PEMITAK, KUBAK, BEBAK DAN KELEKAK (Bagian Lima)

Masyarakat menanam pohon Kabung untuk disadap airnya guna pembuatan gula kabung. Pada tradisi ”nganggung sedulang cerak dan sedulang ketan” sebagai simbol rasa syukur atas keberhasilan panen padi di ladang, tiap rumah tangga keluarga batih monogami di pulau Bangka membuat aneka penganan terbuat dari beras ketan dan biasanya penganan yang dibuat menggunakan gula kabung atau gula aren sebagai pemanis. Begitu juga pada acara ”milang ari” atau peringatan meninggalnya seseorang pada tiap tanggal genap sampai hari ke Tujuh (nujuh ari), biasanya dihidangkan jenis makanan ringan seperti kue serabi dan bubur kacang serta bubur beras menggunakan gula kabung atau gula aren sebagai pemanisnya. Di samping dibuat gula kabung (disebut kirek/kirik gule kabung), air kabung juga djadikan minuman. Air kabung juga biasanya diminum langsung atau dimasak menjadi tengguli untuk dijadikan bahan campuran minuman (Kopi, Jahe). 

Tanaman Kabung atau Aren yang awalnya ditanam sebagai sumber pangan, kemudian dikembangbiakkan melalui kotoran Musang dan pada tempat-tempat tertentu tumbuh menjadi semacam ladang pohon kabung dan saat ini pohon Kabung atau Aren sudah dibudidayakan sebagai sumber ekonomi masyarakat. Hampir seluruh bagian pohon kabung memberikan manfaat bagi masyarakat Bangka. Lidi Kabung biasanya digunakan untuk membuat sapu, dan lidi kabung juga digunakan menjadi tangkai yang ditusuk ke rimpang yang biasanya terbuat dari batang pisang untuk meletakkan telok seroja pada acara khataman, khitanan atau untuk mengarak penganten. 

BACA JUGA:RIMBAK, REBAK, PEMITAK, KUBAK, BEBAK DAN KELEKAK (Bagian Empat)

Lidi Kabung juga digunakan untuk penunjuk bacaan Alquran pada saat anak-anak belajar mengaji di samping menggunakan rotan. Pada saat bulan puasa di pulau Bangka, biji kabung yang masih muda disebut dengan beluluk atau kolang kaling dan dibuat sebagai penganan untuk berbuka puasa. Serangga pada pohon Kabung sering dijadikan mainan anak anak di Bangka yang disebut Nduk-nduk Kabung.

Sementara itu Ijuk kabung digunakan masyarakat untuk pembuatan kriya seperti sapu lantai dan sikat ijuk. Pada masa lampau berdasarkan temuan arkeologis di situs Kotakapur Bangka sekitar abad 5-7 Masehi, ditemukan papan-papan perahu dengan tekhnologi kupingan pengikat yang menggunakan bahan ijuk (arrenga pinnata), dari pohon kabung atau pohon aren sebagai alat mengikat dan menyatukan papan perahu. Pada penelitian Tahun 2007 yang dilakukan tim gabungan dari Balai Arkeologi Palembang, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, serta Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Bangka ditemukan kepingan sisa-sisa perahu yang terbuat dari jenis kayu Besi atau kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang diperkirakan berasal dari Abad 7 Masehi di dua lokasi penemuan, yaitu yang pertama berada pada lokasi alur Sungai Kupang atau Air Pancur yang membelah kawasan situs Kotakapur dan bermuara di Sungai Menduk. 

Pada lokasi ini berhasil ditemukan sisa perahu kuno berupa kepingan papan yang memiliki ukuran panjang 134 cm, lebar 35 cm, dan tebal 4 cm. Pada bagian lebar papan dan tebal papan terdapat lubang-lubang pasak dan tali ijuk (arrenga pinnata), masing masing berjumlah 17 lubang dan 20 lubang dengan ukuran diameter rata-rata 3 cm. Lokasi kedua ditemukan sekitar 500 meter di barat Sungai Kupang dan berhasil diangkat sisa perahu kuno berupa 5 (lima) buah kepingan papan yang masing-masing berukuran (1) panjang 120 cm, lebar 13 cm, tebal 5 cm, diameter lubang 3 cm dan jumlah lubang 22 buah. (2) panjang 70 cm, lebar 17 cm dan tebal 2,5 cm. (3) panjang 62 cm, lebar 8 cm, tebal 4 cm, diameter lubang 2 cm, jumlah lubang 9 buah. (4) panjang 55 cm, lebar 15 cm, tebal 4 cm, diameter lubang 2 cm, jumlah lubang 11 buah, dan (5) panjang 49 cm, lebar 13 cm, tebal 3 cm, diamater lubang 1,5 cm dan jumlah lubang 8 buah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: