Mimpi dari Pesisir: Dialog Imajinatif Ujang Supriyanto dan Hidayat Arsani

Gubernur Hidayat Arsani saat meninjau alur muara Pelabuhan Jelitik. --Foto: ist
Ujang terbangun dengan peluh di kening dan semangat membuncah. Mimpi itu terlalu hidup untuk diabaikan. Ia tahu, pembangunan dari pesisir bukan kemustahilan, melainkan kemiscayaan—sebuah keniscayaan yang terabaikan.
Sudah saatnya Babel berpaling ke laut, bukan hanya untuk menatap senja, tapi untuk menjemput fajar.
Penutup
Pesisir bukan batas pembangunan. Ia adalah garis awal. Jika laut memberi kehidupan, maka pembangunan dari pesisir adalah keadilan.
BACA JUGA:Digital Storytelling: Antara Peluang dan Tantangan
BACA JUGA:Afeksi Berliterasi Sebuah Urgensi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: