Karomah Batin Tikal

Karomah Batin Tikal

Rita Zahara--

Perjuangan seorang Batin Tikal tak terlepas dari karomah. Karomah sendiri memiliki makna inti berupa kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia yang bertaqwa. Adapun karomah yang dimiliki dan kasat mata   -fenomenal- sampai saat ini adalah pada rambut.  

BACA JUGA:Batin Tikal Pejuang Dari Kampung Gudang (Bagian Lima)

Menterjemahkan karomah rambut batin tikal di era kekinian -khusus untuk kaum milenial- tentu tak bisa lagi menuntut mereka untuk memiliki rambut yang sama seperti sosok Batin Tikal. Agar kebal dan sakti mandraguna itu. Melainkan harus diterjemahkan secara luas -bahkan tanpa batas- melalui kekentalan spritualitas yang berorientasi pada ketangguhan mentalitas. Ini guna menghadapi berbagai ragam persoalan bangsa dengan iklim yang tak menentu arah dalam semua lini. Mulai ekonomi, politik, pendidikan, teknologi, LGBT   hingga kepemimpinan.

BACA JUGA:Batin Tikal Pejuang dari Kampung Gudang (Bagian Enam)

Tentu dalam hal ini semua, tak lain dan sudah teruji agama adalah pendekatan spritualitas yang paling jitu. Terlepas masih adanya perbedaan persepsi atas perlakuan pada rambut  Batin Tikal selama ini terutama soal klenik -bagi penulis- bukan menjadi perdebatan. Melainkan harus diharmonisasi mengingat basis spiritual itu  semua tetap mengacu kepada kekuatan yang sama yakni Tuhan sang maha pencipta. Ini termanifestasi pada  doa yang terpancar dalam spritualitas rambut Batin Tikal itu sendiri yakni penghambaan kepada kekuatan yang maha besar itu. 

BACA JUGA:Batin Tikal Pejuang dari Kampung Gudang (Bagian Tujuh)

Hanya dengan spritualitas yang mumpuni generasi milenial akan mampu mengarungi dahsyat tsunami penjajahan berkedok modern ini. Virus-virus modernisasi yang tak  produktif akan terdeteksi -dengan mudah- karena spritualitas sangat jitu membentuk manusia beristikomah dijalan profetik atau kenabian. 

Kebutuhan badaniyah atau hedonisme telah terkikis. Dibarengi dengan pendekatan kepada Tuhan yang lebih dominan tentu ragam fesona modernisasi -yang syarat akan kefanaan- sangat mudah tersaring. Akhirnya generasi milenial mampu membawa makna modernitas dengan terjemahan yang rahmatalil ‘alamin. Ketimbang berlomba-lomba untuk semakin merusak muka bumi tempat berpijak ini. 

BACA JUGA:Batin Tikal Pejuang dari Kampung Gudang (Bagian Delapan)

Akhirnya, tak salah -rasanya- sejumput tulisan ini diharapkan menjadi energi positif atas sebuah semangat kepahlawanan bukan penghianatan. Terlebih  bangsa ini akan menghadapi  peringatan hari kemerdekaa RI ke 78. Semoga Tuhan yang maha kuasa melimpahkan spiritualitas yang tinggi kepada anak-anak daerah ini selaku aset paling berharga masa depan bangsa.*** 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait