Batin Tikal Pejuang dari Kampung Gudang (Bagian Delapan)

Batin Tikal Pejuang dari Kampung Gudang (Bagian Delapan)

Akhmad Elvian - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan--

Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan

SECARA rinci kejadian-kejadian mengenai situasi di pulau Bangka setelah dihukum dibuangnya Depati Amir ke Kupang dan masa masa akhir perjuangan Batin Tikal, dilaporkan oleh Jenderal Infanteri komandan tentara Hindia Belanda kepada Menteri Negara Gubernur Jenderal, Batavia, tanggal 13 Maret 1851 Nomor 2, Salinan surat dari Komandan Militer di Bangka tanggal 25 Februari 1851 Nomor La A/35, kelanjutan dari laporannya, berisi mengenai keadaan di sana:

“Militair Departement No: 2 hoofdkwartier Batavia den 13 Maart 1851 Aan Zijne Exellentie Den Minister van Staat, Gouverneur Generaal van Nederlandsh Indie Van den Militairen kommandant van Banka is ontvangen de hierbij kopijelyk aangeboden missive van den 25 Februarij La, A/35, ten vervolge op zyne rapporten bedoeld by myn schryven van den 12e dier maand N: 4, een na der rapport behelzende omtrent den stand van zaken aldaar. In substatie zal Uwe Excellentie daarin vermeld venden: a. Dat op den 6 Februarij een aantal arrestatien hebben plaats gehad, waaronder ook Hadjie Aboe Bakar een der voornamste raddraaijers van de jongste ansluiten; b. Dat zich op den 14e drei maand hebben onderworpen: Awang, Boedjang Singkip, de Batin Tiekal en 8 met geweren en buksen gewapen de volgelingen; c. Dat Boedjang Singkip wenwel op nieuw gevlugt is met een dier volgelingen; en nog niet weder opgespoord in kunnen worden; d. Dat hy het eenigste hoofd is, tot den opstand behoord hebbende,  die nu nog op vrye voeten is; en dat zulks ook nog het geval is met 7a S andere personen, waaronder twee zons van den Batin Tiekal; e. Dan de 4e kompagnie van het 1e bataillon infanterie in het begin van deze maand naar Batavia zoude terugkeeren;en f. – dat de ziekte – toestand der troepen nog niet verbeterde, en koortsen steeds heerschende bleven waaraan ook de Militaire kommandant zelf bij dende was. De Generaal Infanterie, Kommandant van het Indisch Leger. 

Surat ini menjelaskan tentang: Surat dari Jenderal Infanteri Komandan Tentara Hindia Belanda kepada Menteri Negara Gubernur Jenderal, Batavia 13 Maret 1851 Nomor 2. Dari Komandan Militer di Bangka diperoleh salinan surat tanggal 25 Februari 1851 Nomor La A/35, kelanjutan dari laporannya, seperti yang ada dalam surat saya tanggal 12 Maret 1851 Nomor 4, laporan berikut berisi mengenai keadaan di sana: huruf (a) menyatakan bahwa, Pada tanggal 6 Februari 1851, terjadi penangkapan sejumlah orang termasuk di dalamnya adalah haji Abu Bakar; selanjutnya pada huruf (b), bahwa,  Pada tanggal 14 Februari 1851, telah menyerah: Awang, Boedjang Singkip, Batin Tikal dan 8 pengikut yang membawa senjata, senapan; selanjutnya pada huruf (c), menyatakan, bahwa Boedjang Singkip adalah pelarian baru dengan seorang pengikut (Oemar) dan belum dapat ditemukan kembali; kemudian pada huruf (d), bahwa Boedjang Singkip termasuk sebagai pemberontak yang sekarang masih bebas, yang juga masih bersama 7 atau 8 orang lainnya, antara lain 2 putra Batin Tikal (maksudnya Ribut dan Mamut), selanjutnya pada hurf (e) dinyatakan bahwa, kompeni ke- 4 dari Batalion ke 1 infantri mulai bulan ini akan kembali ke Batavia; dan terakhir pada huruf (f) dinkatakan bahwa keadaan tentara yang sakit belum membaik, tetap demam, batuk, dimana komandan infantri juga menderita sakit. 

Setelah ditangkap pasukan militer Belanda, penanganan masalah pejuang Batin Tikal dapat diketahui dalam surat dari pejabat sementara Residen Bangka ditujukan kepada Menteri Negara Gubernur Jenderal, tertanggal Muntok 4 April 1851, Nomor 811/A (ANRI Bt.22 April 1851 nomor 21) T29.ag 11055/1895 bahwa ditetapkan hukuman bagi pemberontak yang membantu Depati Amir: Dalam laporan saya 31 Maret 1851 Nomor 714/A, telah ditandatangani, bahwa menurut ukuran penyelidikan mengenai kesalahan orang-orang yang ambil bagian dalam pemberontakan (termasuk Batin Tikal), mereka dianggap begitu perlu diusulkan akan diajukan tuntutan. Penyelidikan itu sekarang telah selesai, yang utama mengenai pemberitahuan persetujuan, pemberontakan yang telah dilakukan dan telah diberitahukan dalam surat saya tanggal 26 Januari 1851 Nomor XIV/A. Disebabkan oleh itu dalam Besluit saya tanggal 3 April 1851 Nomor 53 dan 54, dalam mana bersama ini disampaikan salinannya: Isi dari Besluit ini saya uraikan dengan jelas dan telah diberlakukan dan memohon kepada anda yang terhormat untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya: pada angka Romawi II: Ditetapkan akan diasingkan ke Ambon, Banda atau Ternate: Selanjutnya saya usul kepada anda yang terhormat untuk menetapkan dibuang seumur hidup dari Bangka sekeluarga dan nama-nama terpenting atau pengikut yang berbahaya dari Amir sebagai berikut: pada Nomor urut 21: yaitu Batin Tikal, karena melakukan perlawanan terhadap pemerintah kami, antara lain telah kami laporkan dalam surat kami tanggal 8 Februari 1851, Nomor La.B dan dalam Besluit kami tanggal 9 April 1851 Nomor 55 telah diberhentikan dari jabatannya (sebagai batin); selanjutnya pada Nomor urut 22 dan 23: yaitu Mamut dan Ribut putera Batin Tikal yang seperti ayahnya melakukan penyerangan terhadap pemerintah. Kecuali Awang, semua orang-orang itu diusulkan diberangkatkan ke Batavia seperti yang terdapat dalam surat tanggal 12 Maret 1851, berharap ada kapal Api dari Singapura dikirim ke ibukota Bangka. Pada angka Romawi IV: Selanjutnya ditetapkan oleh karena ambil bagian turut bersalah bersama pemberontak Amir, dibuang ke Ambon, Banda, atau Ternate, diperlakukan sebagai orang hukuman sebagai buruh paksa orang-orang: pada huruf (b): dihukum seumur hidup orang-orang pribumi: Akier, dan Linga, Baroe, Mataim Akei Asan, Tierim, Main, Bongol, Doel, Amin, Ma Ranga, Ma Kota, Oegawe, Ma Sirem, Tikal sebagai Batin, Tal, Kie Tjan atau Kin Tjoan dulu orang Cina.

Perjuangan rakyat Bangka terus berlangsung hingga akhir abad 19 dan perlawanan rakyat selalu berhasil ditumpas oleh pemerintah Hindia Belanda. Sampai awal abad 20 Masehi hanya sedikit kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat Bangka. Hukuman Pengasingan atau pembuangan para pejuang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memutus keterikatan emosional pemimpin dengan pengikutnya. Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda yang sedikit dilakukan untuk perbaikan bagi masyarakat adalah melakukan pemisahan terhadap administrasi pemerintahan (bestuur) dengan administrasi penambangan Timah (tinmijn). Pemisahan administrasi pemerintahan dan administrasi pertambangan yang dilakukan sejak tanggal 3 September 1913 dilakukan agar pemerintahan negeri harus lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat dan pengelolaan pertambangan dengan berdirinya perusahan BTW (Banka Tin Winning) lebih focus pada pengelolaan pertambangan. Pemisahan terhadap administrasi pemerintahan (bestuur) dengan administrasi penambangan Timah (tinmijn) dilakukan sekaligus dengan melakukan pemindahan terhadap ibukota keresidenan Bangka dari kota Mentok ke Kota Pangkalpinang. Pemindahan ibukota ke Pangkalpinang dikarenakan letak Kota Pangkalpinang yang berada pada posisi strategis di bagian tengah pesisir Timur pulau Bangka. Letak Pangkalpinang yang strategis di tengah pulau Bangka akan memudahkan rentang kendali pemerintahan dan untuk mempermudah pergerakan pasukan militer Belanda dari Kota Pangkalpinang ke ibukota ibukota distrik pemerintahan dan penambangan Timah yang berkembang di pesisir Timur pulau Bangka seperti Belinyu, Sungailiat, Merawang, Koba dan Toboali.(***/Habis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: