Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Enam)

Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Enam)

Dato’ Akhmad Elvian, DPMP - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan- FOTO: Ilust babelpos.id-

Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan

KERESIDENAN Bangka yang pada awal Tahun 1816 berjumlah Delapan distrik, pada tahun 1851 Masehi bertambah menjadi Sembilan distrik, dengan dipisahkannya distrik Merawang dan Sungailiat menjadi masing masing distrik yang berdiri sendiri. 

Selanjutnya pada sekitar paruh Tahun 1855, jumlah distrik di Keresidenan Bangka mengalami penambahan menjadi Sepuluh distrik setelah pulau Lepar (Lepar eilanden) dan pulau Leat serta pulau-pulau kecil di sekitarnya dipisahkan dari distrik Toboali menjadi satu distrik tersendiri bernama Lepar Eilanden Districten.

Dalam Schets-Taalkaart atau Peta Bahasa dari Residen Bangka terbitan tahun 1889 Masehi yang disusun oleh K.F. Holle, seorang penasihat kehormatan penduduk pribumi, melalui data yang diberikan oleh pejabat Administrasi Pemerintahan Dalam Negeri, bekerjasama dengan Biro Topografi di Batavia (Biro didirikan tanggal 25 Februari 1864 Masehi), dinyatakan Administratieve Indeeling van de Districten der Residentie Bangka berjumlah 10 district dan 31 underdistrict.

Dalam Schets-Taalkaart atau Peta Bahasa tersebut juga diterangkan bahwa di distrik Pangkalpinang yang awalnya terdiri atas underdistrik Pankalpinang, underdistrik Bukit, underdistrik Mundobarat, underdistrik Mundotimur dan underdistrik Panagan diubah menjadi underdistrik Pangkal Pinang, underdistrik Mendo Barat (yang penduduknya banyak menggunakan Bangka Maleisch dialecten atau dialek Melayu Bangka), underdistrik Boekit dan underdistrik Penagan (yang penduduknya banyak menggunakan Daratsche dialecten atau dialek orang Darat).

pada tahun 1889 Masehi kampung-kampung di wilayah underdistrik Mendo Timur sudah disatukan atau digabung dengan underdistrik Pangkalpinang atau underdistrik terdekat lainnya di distrik Pangkalpinang. 

 

Kondisi distrik Pangkalpinang pada penghujung abad 19 Masehi salah satunya dapat dipelajari dari keberadaan orang Cina di Pangkalpinang. Kedatangan orang-orang Cina ke pulau Bangka sejak masa kesultanan Palembang Darussalam hingga masa kekuasaan bangsa asing kulit putih menandai masa atau priode chineesche di pulau Bangka termasuk di Pangkalpinang. Dari beberapa kampung, beberapa makam tua dan kompleks pemakaman, beberapa kelenteng serta rumah orang Cina di Pangkalpinang dapat diketahui, bahwa keberadaan pemukiman orang Cina menyebar di beberapa tempat di Pangkalpinang. Makam-makam kuno tersebut misalnya yang terletak di sisi Timur Jalan Demang Singayudha (dulu masyarakat menyebutnya dengan Gang Duren) Kelurahan Bukit Besar. Posisi makam saat ini berada di lokasi pemukiman padat penduduk, dengan kondisi makam yang cukup terpelihara. Pada kawasan ini terdapat makam Lay Fong Joe dan beberapa makam keluarganya. Makam Lay Fong Joe diperkirakan diperbaiki pada tahun 1897 Masehi oleh puteranya yang bernama Lay Nam Sen (tahun 1865-1907 Masehi). Lay Nam Sen diangkat sebagai Kapitein der Chineezen (Kapiten China) untuk Pangkalpinang. Salah satu peninggalan Marga Lay yang masih ada hingga saat ini adalah rumah Kapiten Lay di kampung Katak yang berarsitektur perpaduan antara arsitektur Hakka dengan arsitektur Melayu.

Makam tua orang Cina berikutnya ditemukan di sisi Barat pekuburan umum kampung Semabung, masih di dalam wilayah Kampung Besi (Thiat Phu) Pangkalpinang, terletak di dalam sebuah gang kecil sekitar 100 meter dari Jalan Mayor Syafrie Rachman. Makam dibuat dari bata dan semen, pada nisan (bongpai) yang berbahan granit lokal, masih tampak ukiran-ukiran hewan mitologi Cina serta tulisan dengan huruf-huruf Cina dengan cat warna merahnya.

Menurut informasi penduduk yang tinggal disekitar makam, bahwa makam tersebut adalah makam Oen Men Chiew yang wafatnya bersamaan dengan waktu dilakukannya sembahyang bulan 9 (pat ngiat sip eng).

Oen Men Chiew adalah putera dari Oen Chi Phin yang makamnya ditemukan di Kampung Rebo distrik Sungailiat, terletak di dusun Choihin (Karang Panjang) sekitar beberapa ratus meter dari jalan raya menuju kawasan Batu Ampar melalui Kampung Kenanga. (Oen Men Chiew diperkirakan datang ke pulau Bangka sekitar tahun 1773 Masehi). 

Keturunan selanjutnya dari Oen Men Chiew yaitu Oen Nyiem Foek yang dimakamkan di Tjhung Hua Kung Mu Yen atau pemakaman milik Yayasan Sentosa Pangkalpinang (masyarakat Pangkalpinang sering menyebut kawasan pemakaman Sentosa dengan sebutan Ngi Chung).

Pada makam Oen Nyiem Foek yang cukup besar dan megah terletak di sisi Selatan jalan utama pemakaman, tertulis Min Kwet Sin Ngian yang artinya, makam dipugar di tahun ke empat setelah pemerintahan Sun Yat Sen, tokoh terpenting dalam Partai Nasionalis Cina Kuo Min Tang (KMT) (Pinyin: Zhongguo Guomindang) yang memerintah di Cina pada tahun 1911 Masehi), jadi makam diperkirakan dipugar sekitar tahun 1915 Masehi.

Selanjutnya putera dari Oen Nyiem Foek adalah Oen Kheng Boe (tahun 1870-1925 Masehi) yang kemudian diangkat menjadi Majoor titulair der Chineezen (Mayor China) di Pangkalpinang oleh pemerintah Kolonial Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: