Batin Tikal Pejuang Dari Kampung Gudang (Bagian Empat)
Akhmad Elvian - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan--
Bagian terakhir dari ulasan ini, adalah usulan pembuangan bagi ketenangan rakyat. Saya usul kepada Anda, Amir dan Mindien, agar dijauhkan dari wilayah/distrik yang sedang mereka tempati. Selanjutnya, ditunjuk tempat tinggal untuk mereka.
Akhirnya saya mengusulkan penggabungan Mundo Barat dan Mundo Timur (Mendo Barat dan Mendo Timur). Penggabungan Dua wilayah under distrik ini dilakukan berdasarkan pengalaman saat serangan para pengikut Depati Amir, seperti yang dilakukan oleh Bujang Singkiep yang sulit untuk ditumpas karena sulitnya pergerakan dan kontrol pasukan terhadap Dua wilayah under distrik.
Untuk efektifitas rentang kendali terhadap pemerintahan dan pergerakan pasukan militer dan pengamanan terhadap tambang tambang Timah milik pemerintah Hindia Belanda, Under distrik Mundo Barat dan Mundo Timur (Mendo Barat dan Mendo Timur) kemudian disatukan dan sekarang hanya dikenal dengan sebutan Mendo Barat.
Dengan berhentinya perlawanan rakyat Bangka akibat diterimanya tawaran perundingan oleh Bahrin, maka para pengikut setianya seperti Batin Tikal, bersama panglima Tjekong Moenjoel dan dua putera Demang Singayudha yaitu Djamal dan Djaja juga ikut berhenti berperang.
Dalam catatan sejarah Belanda, perjuangan Batin Tikal kembali muncul pada Tahun 1849 Masehi, ketika itu diperoleh kabar, bahwa Tumenggung Abang Arifin, Kepala Jaksa Belanda berangkat ke distrik Koba, karena pada wilayah Gudang di distrik Sungaiselan terdapat huru hara yang dilakukan oleh Batin Tikal.
Tampaknya Pemerintah Hindia Belanda, belum menugaskan pasukan militernya untuk menumpas huru hara atau perlawanan rakyat yang dipimpin Batin Tikal di wilayah Gudang.
Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Batin Tikal dianggap Pemerintah Hindia Belanda cukup ditangani oleh Kepala Jaksa Tumenggung Abang Arifin. Perlawanan Gerilya Batin Tikal di wilayah Gudang dan wilayah Distrik Sungaiselan dan sampai ke wilayah Distrik Toboali berlangsung bersamaan dengan akhir dari perlawanan Depati Amir.
Berita tentang perlawanan BatinTikal diketahui pada saat setelah Depati Amir ditangkap Belanda pada tanggal 7 Januari 1851, pada saat itu Amir terkepung di hutan dan hendak meloloskan diri ke distrik Sungaiselan, ingin bertemu dengan Batin Tikal.
Kemudian dalam laporan Belanda dikatakan, bahwa Batin Tikal memberikan perlindungan kepada pejuang-pejuang pengikut Amir yang bergerak bergerilya di distrik Sungaiselan dan distrik Toboali. (***/Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: