Menjaga "kolong" sebagai sumber air baku warga Bangka Barat

Menjaga

Salah satu kolong eks tambang di Bangka Barat.--Foto: Ant

Prestasi dalam peningkatan pelayanan di bidang air bersih di Kabupaten Bangka Barat ini tidak terlepas dari kegigihan pengelola perusahaan itu dalam mengolah sumber air baku yang ada di daerah tersebut.

Sumber air baku ini sebagian besar berasal dari air "kolong" (sebutan warga lokal untuk danau bekas tambang bijih timah) yang dimanfaatkan dan diolah dengan teknologi modern agar memenuhi standar untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

BACA JUGA:Memangkas stunting lewat tradisi

BACA JUGA:Budaya Tempe diajukan sebagai warisan budaya tak benda UNESCO

Terbentuknya kolong

Dari perspektif udara saat memasuki wilayah Pulau Bangka, kita akan melihat jelas lusinan "kolong" sisa penambangan bijih timah yang menggunakan teknik pembukaan lapisan tanah.

Pola penambangan buka lapisan tanah secara besar-besaran ini sudah berlangsung sekitar tiga abad. Sutedjo Suyitno dalam bukunya "Legenda dalam Sejarah Bangka" menyebutkan teknik penggalian timah dengan sistem kolong ini dikenalkan pertama kali oleh Wan Akub, awal Tahun 1700.

Wan Akub merupakan pejabat yang diangkat Sultan menjadi kepala pertambangan timah di seluruh Pulau Bangka dengan sebutan Datuk Akub.

Datuk Akub mengenalkan teknik penggalian timah sistem "kolong" ini pada awalnya hanya menggunakan alat sekop dan cangkul untuk menggantikan teknik lama yang dinilai lambat, yaitu sistem lubang sumur atau galian sumuran yang hanya menggunakan alat linggis.

Pada masa awal, teknik penggalian sistem "kolong" ini hanya dilaksanakan di dalam Distrik Mentok, namun pada akhirnya berkembang ke wilayah lain karena lebih efektif, efisien, dan produktivitasnya tinggi.

Seiring berjalan waktu, alat pendukung aktivitas penambangan bijih timah dengan sistem "kolong" semakin berkembang, mulai dari pompa rantai, penggunaan kapal keruk, hingga saat ini menggunakan alat berat modern.

Dengan bertambahnya kebutuhan timah di pasar internasional, penambangan sistem "kolong" semakin meluas dan hingga saat ini pola penambangan ini jamak dilakukan oleh perusahaan, sehingga menghasilkan jumlah "kolong" semakin banyak.

BACA JUGA:Pemutusan akses konten radikalisme

BACA JUGA:Menteri ATR: Badan Khusus Air Penting Dalam Integrasikan Manajemen Air

Pemanfaatan kolong

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: antara