Memangkas stunting lewat tradisi

Memangkas stunting lewat tradisi

Pengenalan upacara adat "mitoni" yang digelar Pemkot Yogyakarta di Grha Pandawa, Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Sabtu (27/4/2024).--Foto: Antara

Oleh Luqman Hakim

________________________________

DIIRINGI alunan gamelan, dua perempuan paruh baya tampak bergantian menuangkan air dari tujuh bejana kecil berwarna keemasan ke sebuah gentong besar.

Keduanya ialah besan yang tengah bahu- membahu meracik air suci untuk anak atau menantunya yang sedang mengandung tujuh bulan. Air itu diambil dari tujuh sumber atau sumur yang berbeda.

Racikan air dalam gentong itu kemudian ditaburi sekar atau kembang setaman sebagai simbol keutamaan, disusul dua buah kelapa muda atau cengkir yang melambangkan kesucian.

Menggunakan siwur atau gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan tangkainya dari bambu, dua perempuan berkebaya dan berhijab itu lantas menyiramkan racikan air itu ke tubuh anak atau menantu yang tengah hamil dengan posisi duduk tegak di kursi.

Siraman itu melambangkan manusia kembali kepada status kelahiran semula, serta supaya bersih dari noda dan kesalahannya.

Di meja panjang yang tak jauh dari lokasi siraman, tertata rapi aneka sesaji atau ubarampe, di antaranya nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk, jenang procot, dawet, hingga ubi-ubian macam kacang tanah, ubi jalar, ketela, dan kentang rebus.

Bagian dari rangkaian ritual adat Jawa itu tidak berlangsung di rumah pribadi, namun di salah satu ruangan gedung di kompleks Balai Kota Yogyakarta.

BACA JUGA:Budaya Tempe diajukan sebagai warisan budaya tak benda UNESCO

BACA JUGA:Pemutusan akses konten radikalisme

Simulasi tahap demi tahap upacara adat "mitoni" atau juga dikenal dengan tingkeban itu digelar Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, beserta Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat.

Ratusan orang yang terdiri atas ibu hamil beserta suami, remaja, calon pengantin, pasangan usia subur, hingga ibu bayi bawah dua tahun (baduta) di Kota Yogyakarta pun berbondong-bondong menghadiri acara itu.

Selain menyaksikan dan diharapkan ikut melestarikan, mereka diajak memperkuat gerakan bersama mencegah stunting melalui simbol-simbol atau filosofi yang terkandung dalam tradisi "mitoni".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: antara