MELATI DARI BABEL MENUJU SENAYAN

MELATI DARI BABEL MENUJU SENAYAN

Saifuddin --Foto: ist

BACA JUGA:DARI ANTAGONISME KE AGONISME DEMOKRASI

Sejalan dengan angka 4,4 persen perempuan mencalonkan diri sebagai caleg di pemilu 2024 tentu angka yang sangat rendah, dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (1) faktor ekonomi, sehingga perempuan lebih tertarik menjadi pengusaha/pebisnis daripada terjun ke dunia politik praktis. (2) keterkungkungan budaya patriarkhis, yang membatasi kaum perempuan untuk keluar menuju ruang-ruang sosial yang lebih besar. (3) ketidak-pedean sebagian kaum perempuan untuk mengambil peran lebih besar, karena masih terdominasi oleh kaum laki-laki. (4) dan adanya faktor-faktor eksternal lainnya. 

Tetapi yang paling mengejutkan, dengan angka 4,4 persen justru dari Bangka Belitung berhasil menempatkan dua perempuan menuju senayan yakni Melati Erzaldi istri Erzaldi Rosman (Gubernur Bangka Belitung 2017-2022) lewat Partai Gerindra yang berhasil menumbangkan incumbent dari Nasdem. Kemudian ada Dinda Rembulan menuju senayan lewat DPD yang juga berhasil menumbangkan beberapa suara incumbent. 

Melati Erzaldi, disamping nama besar suami yang pernah menjabat Gubernur Bangka Belitung 2017-2022, namun lebih daripada itu sosok Melati yang tak sekedar mendampingi suami dalam posisi jabatan politiknya, tetapi Melati juga memiliki akses di dunia sosial terutama di kalangan generasi Z, kegiatan keagamaan, pengembangan UMKM, ke-Pramuka-an, serta aksi-aksi sosial lainnya. Ini adalah modal sosial (social capital) bagi Melati di dalam mengarungi ruang-ruang politiknya menuju senayan. 

BACA JUGA:PEREMPUAN, POLITIK MELAWAN MITOS

Personal branding dengan ingatan yang kuat dari jejak seorang suami di arena politik, adalah jalan terang bagi Melati untuk merebut trust (kepercayaan publik) untuk mendapatkan dukungan politik. Tak mudah bagi seorang perempuan dengan untuk merebut “kuasa” yang selama ini di dominasi kaum lakii-laki di parlemen. Sekali lagi penulis katakan ini fenomena “melawan mitos”. Dengan jumlah penduduk Bangka Belitung yang berbanding sama antara perempuan dengan laki-laki, maka Melati menjadi representasi politik perempuan di parlemen. 

Sekali lagi Melati adalah sosok politisi perempuan yang berani “melawan Mitos”, dan ia membuktikan dengan perolehan suara yang signifikan. Bahwa politik bukan hanya sekedar tampil dipermukaan, tetapi untuk berani melakukan hal-hal yang positif, maka perempuan harus terjun bebas mengambil peran-peran sosial sebagai tanggungjawab sosialnya sebagai manusia---maupun ia sebagai zoon politicon (manusia politik). 

Karena itu Bangka Belitung di pemilu 2024 kali ini, perempuan berhasil membawa kiprah di event nasional—untuk kemudian menjembatani aspirasi masyarakat di Bangka Belitung. Tentu ini tidak mudah bagi Melati sebagai legislator dari Gerindra untuk mewujudkan aspirasi dan harapan-harapan besar demi keberlanjutan pembangunan di propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang di kenal dengan sebutan Serumpun Sebalai. Sehingga perlu dukungan dari berbagai stakeholders untuk menguatkan perjuangan yang di embannya. 

Melati —untuk Serumpun Sebalai. (*)

BACA JUGA:PESTA, SIMULACRA DAN DEMOKRASI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: