PEREMPUAN, POLITIK DAN PERJUANGAN GENDER (Catatan perempuan, Politik di Bangka Belitung)

PEREMPUAN, POLITIK DAN PERJUANGAN GENDER  (Catatan perempuan, Politik di Bangka Belitung)

Saifuddin --Foto: ist

Oleh : Saifuddin

Penulis Buku ; Politik Tanpa Identitas, Obituari Demokrasi, Elegi Demokrasi

___________________________

Perempuan akan selalu dibawah laki-laki kalau yang diurusi baju dan kecantikan “ (Soe Hok Gie)

Gerakan politik di beberapa negara maju dan modern seperti tahun 1974 sebagaimana yang pernah terjadi Argentina yang dikenal dengan tragedi “Imagining Argentina” sebuah sejarah pergolakan politik civil society dengan kekuatan militer yang menamakan dirinya Decaparidos yang berhasil membungkam para aktivis, bahkan tercatat 30 ribu warga Bones Aires di bunuh selama kurang lebih 4 tahun—hingga kemudian pemerintahan di kendalikan oleh kekuatan civil society yang beranama Isabel Peron yang menggantikan Jenderal Jaun Peron yang ditembak mati.

Sejarah kelam itu bukan berarti mematikan potensi perkembangan demokrasi terutama tampilnya kaum perempuan dipentas politik. Bahkan sejarah tersebut diatas menjadikan Isabel Peron sebagai presiden pertama perempuan di era politik modern dunia. Lalu kemudian muncul Margaret Teatcher (Perdana Menteri Inggris) yang dikenal sebagai perempuan berhati baja, ada Benazir Bhuto (Presiden Pakistan) dan sederet perempaun lainnya di panggung kekuasaan.

Sejarah perkembangan politik dan demokrasi Indonesia pun mengalami hal serupa terbukti dalam upaya melawan kolonialisme sederet perempuan Indonesia berjuang membela NKRI dari ancaman kolonilaisme penjajah seperti Cuk Nyak Dien, Cut Meutiah, RA. Kartini, bahkan dalam politik modern Indonesia ada Megawati Soekarnoputeri (presiden kelima RI). Kesemuanya itu adalah bentuk perjuangan gender bagi perempuan dalam ruang publik dalam hal ini ruang politik.

BACA JUGA:LIBIDO POLITIK DAN KATARSIS PUBLIK

BACA JUGA:DARI ANTAGONISME KE AGONISME DEMOKRASI

Sejalan dengan itu maka perempuan Indonesia tidak lagi terkurung dalam kegelapan intelektual. Perempuan yang dulunya tidak diperkenankan sekolah hanya diperbolehkan membersihkan rumah, memasak, menjahit, dan mengurus anak, kini dapat mencicipi akses pendidikan. Tugas dan tanggung jawab seorang perempuan bukanlah sekedar menjadi pelengkap isi rumah tangga. Namun harus bisa membicarakan arah kemajuan bangsanya.

Bahkan dalam sejarah Islam kita kenal Usaima Bin Kaab seorang perempuan dalam keadaan hamil berjuang bersama Nabi Muhammad melawan kaum Kafir Quraisy—walau naas menimpanya ketika dalam peperangan, ia tewas hanya karena melindungi Rasulullah dalam bidikan tombak musuhnya. Saat tubuhnya mau jatuh, lalu dari tangannya Nabi Muhammad menahannya lalu nabi berkata ; “sungguh engkau adalah perempuan mulia, yang melebihi kemuliaan seribu laki-laki yang syahid di medan peperangan”.

Mengambil hikmah dari pesan Nabi Muhammad, maka perempuan pada dasarnya akan menempati posisi tertinggi bila peran itu diambilnya melebihi kemampuan seorang laki-laki. Melebihi bukan berarti dari segala sesuatu tetapi lebih kepada peran yang sama yang diperankan seorang laki-laki, termasuk dalam ruang sosial, ekonomi begitu pula dalam politik (Siyasah).

Sebab itu berbicara tentang politik tidak hanya dilakukan oleh kalangan politisi, pemerintah atau para birokrat saja namun semua lapisan masyarakat. Disetiap tongkrongan kopi kita bisa mendengar para warga sedang meperbincangkan politik, memperdebatkan sosok mana yang terbaik, layak dan pantas untuk merepresentasikan politik kaum perempuan di panggung kekuasaan. Representasi perempuan dalam bidang politik dapat dikatakan masih jauh dari harapan. Di Indonesia sendiri perempuan yang terjun dalam dunia perpolitikan masih terbelenggu dengan latar belakang, budaya patriarkhi, perbedaan gender. Meskipun sampai saat ini selalu ada upaya untuk memperbaiki persolan tersebut. walau negara telah memaklumatkan adanya undang-undang pemilu yang menegasikan kaum perempuan 30 % kouta. Dan ini juga belumlah adil terhadap kaum perempuan. Masih terjadi gap yang besar antara kaum laki-laki dengan perempuan.

BACA JUGA:PEREMPUAN, POLITIK MELAWAN MITOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: