Sudah Melakukan Pendaftaran Indikasi Geografis, Nanas Bikang Sedikit Kadar Airnya

Sudah Melakukan Pendaftaran Indikasi Geografis, Nanas Bikang Sedikit Kadar Airnya

Zulfandi --Foto: Ilham

BABELPOS.ID, TOBOALI - Desa Bikang, Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan (Basel) terkenal dengan buah nanasnya yang sangat manis, bahkan menurut masyarakat setempat nanas Bikang ini sangat sedikit kadar airnya.

Karena itu Kemenkumham Babel juga merekomendasikan agar Pemkab Basel agar mengusulkan pendaftaran Indikasi Geografis.

Kepala Desa Bikang Zulfandi mengatakan, luas perkebunan desa khusus buah nanas di wilayahnya sekitar 12 hektar. Ada juga sistem tumpang sari yang berada di tengah - tengah kebun sawit.

"Perkebunan Desa ini khusus buah nanas sekitar 12 hektar dan ada juga sistem tumpang sari, dengan jumlah 200 rumpun," ungkapnya, Senin (26/02).

BACA JUGA:Kemenkumham Babel Berharap Pemda Basel Daftarkan Nanas Bikang Jadi Indikasi Geografis

BACA JUGA:Dampak Baik Pelatihan Pupuk Cair PT Timah Tbk, Buah Nanas Poktan Air Jelutung Mulai Tumbuh Besar

Disebutkannya, bahwa pihaknya juga sudah mendaftarkan di Pendaftaran Indikasi Geografis di Kemenkumham Babel, yang dibantu oleh Pemkab Basel dengan harapan nanas ini bisa menjadi produk olahan yang bernilai jual tinggi.

Selain itu, Pemkab Basel juga telah membantu desa Bikang dengan memberikan bantuan berupa bangsal pasca panen senilai Rp 200 juta. Nantinya setiap nanas milik warga yang dipanen bisa ditaruh di bangsal atau nantinya akan dibeli oleh pihak BUMDES.

"Pemkab Basel juga banyak membantu melalui pendirian Bangsal atau gudang penyimpanan pasca panen," sebutnya.

BACA JUGA:Bongkol Nanas Jangan Dibuang, Ini Khasiatnya

BACA JUGA:Suka Buah Nanas? Anda Mendapatkan 5 Manfaat Ini

Lebih lanjut dijelaskannya, nanas Bikang sangat berbeda dari nanas umumnya. Nanas Bikang sangat manis dan gurih karena selain kadar airnya yang sedikit, cara pemupukan juga berbeda dan faktor unsur hara tanah yang berpengaruh.

Pemupukan sendiri dilakukan sebanyak 2 kali menggunakan urea yakni, yang pertama saat ditanam lalu yang kedua pada mulai muncul tunas.

"Kenapa hanya 2 kali pemupukan karena apabila terlalu banyak pupuk maka rasanya pasti berubah seperti 'peder' bahasa kampungnya atau hambar," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: