BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Dua)

  BENTENG PENUTUK  DI PULAU LEPAR   (Bagian Dua)

--

Sultan Muhammad Bahauddin kemudian digantikan puteranya Mahmud Badaruddin II (masa pemerintahan 1803-1821 Masehi). Pada masa ini pulau Bangka berada di bawah kekuasaan Inggris (Tahun 1812-1816 Masehi). Pulau Bangka oleh pemerintah Inggris dijadikan sebagai bagian dari EIC (East India Company) atau Serikat Dagang Inggris di Hindia Timur. Pangkal Toboali (Inggris: Stocade of Tooboo-alie) termasuk Pulau Lepar yang awalnya merupakan pusat kekuasaan kesultanan Palembang di wilayah bagian Selatan pulau Bangka, pada masa Inggris dimasukkan ke dalam wilayah south east division bersama-sama dengan wilayah Pangkalpinang (stockade of Pangkal Penang), Sungaiselan (Godong Selan), Bangkakota (Old Settlement of Banko Kotlo), Koba (Koba), Paku (Pakoo), Permis (Permissang), dan Olim (Oolim). Untuk wilayah administrasi pertambangan Timah, Pemerintah Inggris membagi wilayah di Bangka Selatan atas distrik Paku dan Toboali, termasuk di dalamnya wilayah Nyiry dan Ulim, distrik Banko-kutto termasuk di dalamnya wilayah Balar, Kabal, Permissang dan Selan (Horsfield, 1848:797). 

BACA JUGA:Sejarah Hubungan Antar Etnik di Bangka (Bagian Satu)

Pemerintah Kerajaan Inggris melakukan monopoli perdagangan Timah dan blokade terhadap perairan terutama di sekitar Selat Lepar dan Selat Bangka. Blokade laut oleh Inggris menyebabkan berkurangnya penghasilan Kesultanan Palembang dan menjadi pemicu perlawanan rakyat di wilayah bagian Selatan pulau Bangka yang berpusat di pangkal Toboali (Stockade of Tooboo-alie) sekitar bulan Mei 1812 Masehi. Perlawanan rakyat di pangkal Toboali dipimpin oleh Raden Kling beserta puteranya Raden Ali. Perlawanan rakyat Toboali yang dipimpin oleh Raden Kling dan puteranya Raden Ali inilah yang disebutkan oleh residen Inggris sebagai satu-satunya malapetaka yang terjadi bagi pemerintah Inggris dalam pembentukan administrasi pemerintahan dan kekuasaan Inggris atas pulau Bangka.

BACA JUGA:Sejarah Hubungan Antar Etnik di Bangka (Bagian Dua)

BACA JUGA:Sejarah Hubungan Antar Etnik di Bangka (Bagian Tiga)

Pada masa kekuasaan Inggris di Pulau Bangka, Orang Laut Pulau Lepar dikatakan oleh M.H Court, Residen Inggris untuk Palembang dan Bangka sebagai orang yang hebat. Ketika M.H Court, melakukan pemetaan wilayah pesisir pulau Bangka. Dikatakan oleh M.H. Court, bahwa perjalanan dari Kuppo ke Toobooallie tidak aman bagi kapal-kapal apapun. Jalur pelayaran sangat rumit dan berbatu, disebut Selat Lepar, antara pantai Bangka dan beberapa pulau kecil, pulau yang terbesar disebut Pooloo Lepar (pulau Lepar). Orang Laot, yang mendiami pesisir dan pulau-pulau sekitar sini, disebut Orang Lepar. Mereka hidup berpindah, dan saya berharap mereka menjadi patuh dengan memberikan pekerjaan kepada mereka dalam pelayanan kepada pemerintah. Dari Kuppo di pantai Timur, menuju Toobooallie di pantai Barat, dengan jarak Lima jam perjalanan, atau Duabelas mil setengah (Court, 1821:192-194). Kepala orang Laut Lepar dan beberapa anak buahnya yang dipekerjakan pemerintah Inggris, berhasil memandu perjalanan kapal residen M.H Court selama pemetaan sampai ke Tanjung Sabong Toobooallie. Orang Laut dengan kehidupannya yang berpindah-pindah dari pulau-pulau kecil ke selat, teluk, tanjung, muara sungai dan beting serta gossong, sangat memahami dan menguasai dengan baik alur pelayaran yang ada di sekitar pesisir Timur dan pesisir Barat pulau Bangka bagian Selatan. Dalam cuaca yang ekstrem sekalipun mereka terbukti mampu memandu perjalanan residen Inggris M.H. Court, walaupun perjalanan dilakukan pada malam hari dari Tanjung Berikat di pesisir Timur pulau Bangka, melewati beberapa muara sungai, karang dan bebatuan serta beting dan kemudian memutar secara ekstrem sampai ke Tanjung Sabong Toobooallie di pesisir Barat pulau Bangka.(Bersambung/***)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: