Biduk nan Lalu, Kiambang Bertaut

Biduk nan Lalu, Kiambang Bertaut

--

TAHUN 2024, semua tahu bukan hanya Pemilihan Presiden (Pilpres), tapi juga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yaitu Gubernur dan Bupati/Walikota, lalu Pemilihan Legislatif (Pileg), mulai dari pusat, Provinsi, hingga Kabupaten/Kota.

---------------------

LALU, mengapa hawanya justru seperti terasa hawa Pilpres saja?  Padahal, jika mau jujur, rakyat justru berkepentingan langsung dengan Pileg dan Pilkada yang nantinya akan berhubungan langsung dengan mereka?

Apakah hawa politik itu memang harus seperti itu? Seolah para Capres itu berada di kubu mereka masing-masing, terkotak-=kotak, bagai tak mungkin disatukan?  

Sekali lagi, Pilpres 2019 sebenarnya sudah mengajarkan.  Siapa menyangka Prabowo Subianto menjadi Menteri?

Sekali lagi, negeri ini disatukan oleh kesamaan nasib dan seperjuangan.  NKRI harga mati bukanlah cuma slogan, tapi memang faktanya demikian keinginan rakyat negeri ini dari dulu, sekarang dan hingga akan datang.  Dan itu tak dapat ditawar.

BACA JUGA:Sanjunglah, Tapi Jangan Menginjak

Mungkin masih banyak yang ingat, saat reformasi 1998, mendadak seorang tokoh mengusulkan agar menjadi Negara Serikat, bukannya diterima malah tokoh itu yang dkritik habis-habisan dan tidak disukai.  Paling tidak saat itu usulannya langsung dimentahkan.   Bentuk negara serikat juga pernah terjadi di awal-awal kemerdekaan sebagai cara Penjajah Belanda untuk melemahkan negeri ini.  Lagi-lagi gagal, dan satu persatu kembali bergabung lalu menjadi negara kesatuan.

Semua kejadian yang menjadi catatan sejarah itu jelas memperlihatkan bahwa akar negeri ini memang satu kesatuan.  

Biduk lalu, kiambang bertaut.

Hawa Pilpres yang seperti terkotak-kotak saat ini sebenarya bukan dari 'atas', tapi justru berada di lapis yang berada di bawah dari yang 'atas' itu.  Begitu sulit menyatakan, pengkotak-kotakan itu bukan berasal dari lapis 'bawah', tapi bukan pula lapis paling 'atas'.  Kalau dikatakan dari lapis 'tengah', ternyata tidak iuga.

Tapi tntinya, upaya dan penciptaan 'pengkotak-kotakan' itu terasa selalu ada tiap kali Pilpres.

BACA JUGA:Politik Ghibah

'Rasa' itu sebenarnya sudah demikian 'terasa'.  Tapi, dibuat 'rasa-rasanya' kadang 'tidak terasa'.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: