Jangan Sampai Deh, ini Alasan Medis Korban Rabies Takut Air

Jangan Sampai Deh, ini Alasan Medis Korban Rabies Takut Air

--

SEBAGAI salah satu penyakit zoonosis yang dekat dengan masyarakat, penting bagi kita semua untuk mengetahui apa itu rabies, apa saja hewan yang dapat menularkannya, hingga bagaimana gejala dan pencegahan rabies. rabies dikenal juga sebagai penyakit anjing gila.

Rabies merupakan penyakit infeksi pada sistem syaraf pusat (otak) yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini dapat ditularkan melalui gigitan hewan yang terkena rabies.

Hewan yang dapat menularkan penyakit rabies pada manusia diantaranya adalah anjing, kucing, dan kera. Selain hewan tersebut, beberapa hewan liar yang dapat menularkan rabies yaitu rubah, musang, dan anjing liar.

Di Indonesia, hewan yang paling sering menularkan rabies pada manusia adalah anjing (98 persen) dan sisanya oleh kucing dan kera (dua persen).

Virus rabies terdapat pada air liur hewan yang sakit rabies dan biasanya ditularkan kepada manusia/hewan lainnya melalui gigitan, cakaran serta jilatan pada kulit yang terluka atau selaput lendir mata dan mulut.

Pada dasarnya, rabies merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat disebabkan oleh Lyssa virus. Penyakit ini menyerang manusia dan hewan.

Terdapat gejala klinis dalam empat stadium yang patut diwaspadai, stadium prodomal atau awal terlihat seperti infeksi virus lainnya, seperti demam, sakit kepala, anoreksia, mual, dan sebagainya. Stadium kedua atau sensoris, biasanya terdapat nyeri di daerah luka gigitan, kesemutan, kebas, panas, gugup, gelisah, keringat berlebih, air liur berlebih, dan keluar air mata berlebih.

Stadium eksitasi memerlihatkan penderita gelisah, kaget-kaget, setiap ada rangsangan dari luar kejang-kejang, sehingga terjadi takut air, takut angin hingga takut cahaya. Stadium akhir disebut paralitik terjadi ketika ketiga stadium sudah dialui. Gejalanya kelumpuhan dari bawah ke atas yang sangat cepat.

Terkait alasan pasien rabies kenapa jadi takut air, Dr. dr. Novie Homenta Rampengan, Sp. A (K), DTM&H, MCTM(TP) selaku Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan, hal ini merupakan gejala lanjutan dari efek rabies pada tubuh manusia.

Gigitan anjing rabies pada tubuh manusia biasanya akan berkembang bahkan langsung menuju sistem saraf otak, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Nah, ketika sudah kena otak, hal itulah yang bisa menimbulkan gejala hydrophobia tadi.

"Rabies itu akan menyebar dari lokasi gigitan, dia akan berkembang, kemudian masuk ke sistem saraf, yaitu otak. Begitu naik ke otak, dia kemudian akan menyebar ke seluruh tubuh," ujar dr. Novie melalui diskusi virtual IDAI, Jakarta, Sabtu (17/6).

dr. Novie melanjutkan, jika terkena air, pasien rabies akan merasa seperti tercekik atau terkena udara dia merasa seperti tercekik. "Akibatnya dia tidak mau minum air. waktu terkumpul air liurnya virus rabies ada disitu kemudian akan sulit bernafas," lanjut dr. Novie.

Biasanya, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, seseorang yang sudah mengalami gejala hydrophobia pasca-digigit anjing rabies, risikonya bisa parah. Tingkat kematiannya bisa mencapai 99,9 persen.

"Bagaimana dia tidak takut air kalau mau minum aja merasa nyeri, merasa seperti tercekik, tidak bisa bernafas, tentu anak tersebut tidak akan minum, akibatnya produksi air liur tidak terkumpul, dan seperti dikatakan tadi, bila sudah ada gejala, 99.9 persen akan meninggal," lanjut dr. Novie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jawapos.com