Depati Anggoer dan Bahrin Dalam Konstelasi Politik Favoured Commercial Coast
Akhmad Elvian - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan--
Maka baginda sahunan pun dapat tahu itu dari dia punya jenang yang jaga di situ, lantas baginda pun kirim satu kepala dari Palembang nama Kemas Ismail dengan beberapa orangnya memukul itu dipati, lantas itu kalah luka. Dengan sebab itu dia sudah lari dengan anak bininya ikut Lanun dan itu anaknya bernama Barin, baru diberanakkan tetapi dipati Anggur mati juga di negeri Lanun dengan sebab dia punya luka yang tersebut tadi.
Kemudian di dalam ini tempuh tidak berapa lama lantas Lanun datang memukul tanah Bangka berhimpun di pulau Lepar dan Belitung. Dari situ dia mencuri dan memukul orang kerja parit distrik Toboalih (Toboali) dan Kubak (Koba). Maka banyak Timah dan orang Bangka yang dirampas dan ditangkap (Wieringa, 1990:110).
Panglima Raman atau Rahman dalam beberapa catatan sejarah dikatakan sebagai seorang yang berasal dari Lingga, ayahnya seorang saudagar Bugis yang menikah dengan puteri salah satu pemuka orang Laut yang paling terhormat. Dia dibawa ke istana oleh Raja Muda dan kemudian dinobatkan menjadi kepala orang Laut dari Lingga dan terkenal sebagai bajak laut.
Diceritakan kembali dari Tuhfat al-Nafis: “Panglima Raman merampok dari Bangka ke Jawa, membawa banyak tahanan dan membawa mereka ke Lingga. Pada saatnya orang-orang Bangka datang untuk menikmati hidup di Lingga dan mereka mendirikan kebun-kebun dan kampung-kampung dan tidak mau kembali lagi.
Kadang-kadang kerabat mereka berasal dari Bangka tidak melalui perampokan tetapi secara sukarela dan menyerahkan diri kepada sultan Mahmud, dengan demikian kemudian Lingga menjadi padat penduduknya”. Sangat mungkin yang dimaksudkan dengan orang Bangka yang datang secara sukarela ke Lingga adalah keluarga Abang Tawi di Mentok yang dihukum sultan Palembang. Mereka pindah ke Lingga dipimpin oleh Abang Abdoelraoef, putera Abang Tawi.
Saat itu hampir separuh penduduk Mentok telah siap berangkat pindah ke Lingga, akan tetapi sultan kemudian mengutus seorang Arab bernama Said Ali Bin Syeikh membujuk sebagian keluarga jauh Abang Tawi untuk tetap tinggal di Mentok. Orang Mentok yang pindah ke Lingga dibantu oleh Panglima Raman dan kemudian ditempatkan di pulau Singkep.
Orang-orang Mentok keluarga abang Tawi, kemudian secara sembunyi-sembunyi banyak membawa orang-orang dari Sungailiat dan Merawang untuk menambang Timah di Singkep. Pada Tahun 1793 Masehi, Panglima Raman menaklukkan Koba (Horsfield, 1850:52;224), beberapa lama kemudian menaklukkan dan menguasai Pangkalpinang selama berbulan-bulan.
Seorang Arab bernama Abdullah Djalil, kemudian berhasil mengusir panglima Raman dan mengembalikan Pangkalpinang ke dalam kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam. Hanya wilayah Mentok yang tidak diserang oleh Panglima Raman, karena di Mentok masih banyak bermukim keluarga dari Abang Abdoel Raoef atau keluarga dari Abang Tawi yang menjadi sekutu Lingga.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: