Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Tujuh)

Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Tujuh)

Dato’ Akhmad Elvian, DPMP - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan- FOTO: Ilust babelpos.id-

Engelenberg (memerintah pada tahun 1913-1918 Masehi), Doornik W (memerintah pada tahun 1918-1923 Masehi), Fraser JJ (memerintah pada tahun 1923-1925 Masehi), J.E. Edie (memerintah pada tahun 1925-1928 Masehi), Haze Winkelman WD (memerintah selama tiga bulan pada tahun 1928 Masehi), Hooyer DG (memerintah pada tahun 1928-1931 Masehi), Starhamer HM (memerintah pada tahun 1931-1934 Masehi), Mann CJ (memerintah pada tahun 1934-1942 Masehi), dan P. Brouwer  yang memerintah sampai masa awal pendudukan Jepang. Kemudian setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, residen yang memerintah di Bangka Belitung dan berkedudukan di Pangkalpinang yaitu Masjarif Datuk Bendaharolelo.

Setelah Agresi Militer Belanda Kesatu tanggal 20 Juli 1947 dan pembentukan Dewan Bangka (Bangka Raad) pada tanggal 11 November 1947, pulau Bangka di bawah kekuasaan Pemerintah Belanda dan yang menjadi Residen Bangka Belitung adalah Dr. C. Lion Cachet dengan Asisten Residen bernama Dr. Boerenbeker.

Pada masa antara tanggal 22 Desember 1948 sampai 6 Juli 1949 adalah masa yang sibuk bagi Kota Pangkalpinang karena menjadi tempat kedatangan dan pertemuan antara pemimpin Republik Indonesia yang diasingkan ke Bangka dengan Belanda serta BFO (Badan Permusyawaratan Federal bentukan Belanda) yang dimediasi oleh KTN dan UNCI sebagai lembaga yang dibentuk Dewan Keamanan PBB untuk menyelesaikan masalah atau sengketa antara Indonesia dan Belanda.

Pada Tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintahan Republik Indonesia kemudian pada Tanggal 22 April 1950 menetapkan R. Soemardjo sebagai Residen Bangka Belitung dengan kedudukan ibukota keresidenan di Kota Pangkalpinang.

Perkembangan Kota Pangkalpinang sejak ditetapkan menjadi ibukota Keresidenan Bangka pada tanggal 3 September 1913 dan kemudian menjadi ibukota Keresidenan Bangka Belitung pada tanggal 11 Maret 1933 sangat pesat sekali. Kota dengan toponimi generic “pangkal” (feeder point) dan toponimi spesific “pinang” (areca chatecu) yang awalnya hanyalah pusat perdagangan yang melayani entrepot-entrepot dan pusat pengumpulan regional yang penting di pulau Bangka kemudian lambat laun berkembang menjadi polis (kota) yang maju dan lengkap dengan segala fasilitas perkotaannya.

Dalam peta Resident Bangka en Onderh. Opgenomen door den Topografischen dienst in 1928-1929 Blad 34/XXV d. Reproductiebedrijf Topografische dienst, Batavia 1931 Auteursrecht Voorbehouden (Stbl 1912 No.600) disebutkan dengan tegas beberapa kampung besar disekitar pusat Kota Pangkalpinang.

Kampung-kampung yang terletak disisi sebelah Utara soengai Rangkoei meliputi kampung Pangkalbalam, kampung Ampoei, kampung Gabek, kampung Lembawai, kampung Oepas, kampung Djawa, kampung Katak dan kampung Boekit, serta Djalanbaroe. 

Selanjutnya kampung-kampung yang terletak di sebelah Selatan soengai Rangkoei meliputi beberapa kampung yaitu kampung Tjina, kampung Dalam, kampung Bintang, kampung Melintang, kampung Sinarboelan, kampung Djeloetoeng, kampung Parit Lalang, dan kampung Semabong, serta kampung Parit Batjang, kemudian terdapat dua kelekak yaitu Kelekak Betoer dan Kelekak Lantai.

Kelekak Betoer saat ini sudah berkembang menjadi kampung Betur, sedangkan Kelekak Lantai posisinya saat ini berada di sebelah Selatan Boekit Kemiri, disisi Barat jalan raya yang menghubungkan Kota Pangkalpinang ke wilayah sebelah Selatannya (Bersambung).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: