Syafri Hariansah : Masyarakat Harus Bijak Sikapi Hasil Survei

Syafri Hariansah : Masyarakat Harus Bijak Sikapi Hasil Survei

PANGKALPINANG - Survei menjadi sebuah keniscayaan dalam kontestasi politik. Lembaga dan hasil survei pasti akan bermunculan di setiap even pemilu, sebagai salah satu metode pengumpulan data yang tujuan utamanya untuk mengukur opini publik. Hanya saja, karena kebutuhan dan alasan tertentu, survei biasanya dijadikan salah satu alat untuk menggiring opini publik, sehingga kemudian muncul sebuah persepsi baru, baik individu maupun kelompok atau organisasi.

Karena itu kata Direktur Pusat Studi Hukum Tata Negara, Dosen Hukum Tata Negara dan MPH STIH Pertiba Pangkalpinang, Syafri Hariansah, masyarakat perlu menyikapi hasil survei dengan bijak.

“Saya yakin pemilih di Bangka Belitung ini sudah memiliki preferensi sendiri tentang bakal calon. Sampai saat ini kondisi di Bangka Belitung masih sangat dinamis, bakal calon pun belum ada yang secara terang-terangan menyatakan kesediaan untuk mencalonkan diri,” ujarnya.

Sepanjang observasi yang pernah ia lakukan, masyarakat Babel menjadikan survei hanya sebagai referensi atau sebatas second opinion saja. Apalagi hasil survei biasanya hanya dibicarakan oleh orang-orang dan di tempat tertentu saja, yang tak jarang menjadi pro kontra.

“Rasanya terlalu sulit untuk membuat indikator kredibilitas lembaga survei, mengingat survei ini bisa dilakukan oleh siapa saja, lembaga apa saja, bahkan kalau sekarang kita lihat pola pengumpulan datanya juga jauh dari kriteria pengumpulan data yang ideal. Sebab validitas data menjadi point penting untuk mengetahui kondisi objektif,” ujarnya.

“Coba saja liat kondisi hari ini pengumpulan data lembaga survei dilakukan dengan cara yang sederhana, misalnya wawancara via telpon, atau bahkan dengan hanya mengklik opsi tertentu via website. Lalu hasil survei dengan margin error yang rendah dan tingkat kepercayaan yang tinggi direlease dan disebarkan secara masif melalui media massa,” imbuhnya.

Berkaca pada kondisi hari ini, lanjutnya, lembaga survek bahkan terang-terangan menawarkan jasa survei, dengan biaya yang relatif tinggi. “Rasanya sangat sulit mengukur independensi dan kredibilitas lembaga survei,” ujarnya.

Sepanjang pengetahuan dan pengalaman penelitian yang pernah ia lakukan, ada banyak metode pengumpulan data. Salah salah satu yang sering digunakan lembaga survei adalah dengan menggunakan teknik probability sampling atau setiap anggota populasi memiliki peluang sama dan dapat dipilih menjadi sampel. Teknik ini memiliki 6 variasi. Mulai dari simple random, systematic random, stratified sampling, cluster sampling, multistage sampling, dan probability proportional.

“Keenam variasi ini memiliki karakter yang berbeda dalam pengumpulan datanya. Jumlah sampling sangat menentukan validitas hasil, artinya semakin tinggi jumlah responden maka margin eror (MoE) semakin rendah dan tingkat kepercayaan tinggi,” paparnya. 

Poin penting lainnya dalam survei adalah pengolahan data hingga pada akhirnya dapat menarik sebuah kesimpulan tentang gambaran kondisi objektif. 

“Tentu sebagai akademisi saya berharap hasil dari lembaga survei ini menjadi salah satu refrensi yang baik bagi pemilih, sehingga tujuan utamanya tercapai dan terhindar dari adagium survei sama dengan kebohongan ilmiah,” tandasnya.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: