Cerita Alan Efendhi: Dulu Tak Diharapkan Jadi Petani, Kini Sukses Geluti Bisnis Lidah Buaya

Cerita Alan Efendhi: Dulu Tak Diharapkan Jadi Petani, Kini Sukses Geluti Bisnis Lidah Buaya

Alan Efendhi--

Pulang Membawa Bibit Harapan

Dari pertanyaan sederhana itulah titik balik hidup Alan dimulai. Ia mulai mencari tahu tentang potensi kampungnya sendiri. Informasi demi informasi ia kumpulkan. 

Ia mendapati bahwa meski tandus, Gunungkidul masih menyimpan peluang lewat komoditas tertentu. Pepaya California, anggur, buah naga, hingga aloe vera disebut-sebut cocok tumbuh di tanah kering tersebut.

Akhirnya, dengan keyakinan bercampur nekat, Alan pulang kampung. Kepulangan itu ia rahasiakan dari orang tua. Lebih mengejutkan lagi, Alan membawa puluhan bibit lidah buaya dari Pontianak. Kepada ayah dan ibunya ia berkata, “Insya Allah sepuluh tahun lagi bibit ini akan mengangkat derajat keluarga kita.”

Orang tuanya hanya bisa mendoakan, meski ragu. Alan sendiri pun jujur bahwa ia tak tahu pasti lidah buaya itu akan jadi apa. Namun keyakinannya sederhana: tanaman itu bisa dijual dan mungkin memberi dampak bagi lingkungan.

Membangun dari Nol Besar

Memulai usaha dari nol bukanlah hal yang mudah. Alan benar-benar merintis dari titik kosong. Butuh waktu bertahun-tahun hingga ia bisa melihat hasil nyata. Baru pada 2019, lima tahun setelah kembali ke kampung, Alan memiliki kebun aloe vera yang cukup luas, produk minuman pertama, dan tiga orang mitra yang tak lain adalah bibinya sendiri.

“Jumlahnya tiga orang, mereka adalah bulik-bulik saya,” kenangnya.

Dari situlah roda usaha mulai berputar. Merek Aloe Liquid lahir dan perlahan berkembang. Hari ini, mitra Alan telah bertambah menjadi lebih dari 100 orang. Mereka tidak hanya berasal dari Gunungkidul, tetapi juga dari Bantul, Sleman, hingga Klaten. Setiap hari, pasokan lidah buaya yang terkumpul dari para mitra mencapai 500–700 kilogram.

Aloe vera itu diolah menjadi berbagai produk. Bukan hanya minuman Aloe Liquid, tetapi juga keripik lidah buaya serta manisan Nata de Aloe Vera. Inovasi produk inilah yang memberi nilai tambah besar, sekaligus membedakan Alan dari petani pada umumnya.

Penghargaan dan Dampak Sosial

Kerja kerasnya mendapat pengakuan nasional lewat SATU Indonesia Award 2023. Bagi Alan, penghargaan itu tidak sekadar trofi, melainkan kepercayaan yang membuat usahanya lebih dipercaya publik.

“Banyak diwawancara dan diberitakan media, sehingga usaha saya menjadi lebih tepercaya,” ucapnya.

Dengan rendah hati Alan menegaskan, ia hanya ingin membuktikan bahwa dari desa pun bisa lahir produk berkelas. “Saya berusaha membuktikan, menjual, menciptakan beberapa produk. Akhirnya terpilih menjadi penerima Satu Indonesia Award 2023,” tandasnya.

Inspirasi Anak Desa untuk Bangkit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: