DKPP Belitung Dorong Petani Tetap Tanam Lada di Tengah Penurunan Produksi

DKPP Belitung Dorong Petani Tetap Tanam Lada di Tengah Penurunan Produksi

Kepala DKPP Kabupaten Belitung, Destika Efenly--

BABELPOS.ID - Di tengah tren penurunan produksi lada dalam dua tahun terakhir, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Belitung terus mendorong petani agar tetap menjadikan lada sebagai komoditas unggulan daerah.

Dorongan ini tak hanya sekadar imbauan, tetapi juga bagian dari upaya menjaga identitas Belitung sebagai salah satu sentra lada putih terbaik di Indonesia.

Kepala DKPP Belitung Destika Efenly menegaskan, pihaknya tidak ingin petani kehilangan semangat menanam lada meskipun menghadapi banyak tantangan.

“Kami terus memotivasi para petani untuk menanam lada sebagai komoditas unggulan Bangka Belitung,” ujar Destika dikutip dari Antara, Minggu (24/8/2025).

Produksi Lada Terus Menurun 2 Tahun Terakhir

Data DKPP mencatat, luas tanam lada di Belitung pada 2024 hanya tersisa 7.383 hektare dengan total produksi 4.321 ton. Angka ini turun dibandingkan tahun 2023, di mana luas tanam mencapai 8.309 hektare dengan produksi sebesar 4.634 ton.

BACA JUGA:Bantu Warga Pelosok, BRILink Kian Menjamur Bertransaksi Online Sembari Beli Pulsa

“Dalam tiga tahun terakhir memang kita harus akui terjadi penurunan, baik dari sisi luas tanam maupun hasil panen,” jelas Destika.

Menurutnya, salah satu penyebab utama penurunan ini adalah peralihan profesi petani lada ke sektor lain, terutama perkebunan kelapa sawit.

Petani Beralih ke Sawit karena Pasar Lebih Pasti

Destika mengungkapkan, banyak petani beralih ke sawit karena tanaman tersebut menawarkan jaminan pasar yang lebih jelas. Perusahaan perkebunan sawit siap menampung hasil panen, sementara lada kerap menghadapi ketidakpastian harga.

“Mengapa banyak petani menanam sawit? Karena jaminan pasar sudah ada. Sementara di tanaman lada itu kadang-kadang harganya anjlok,” tuturnya.

BACA JUGA:Bantu Warga Pelosok, BRILink Kian Menjamur Bertransaksi Online Sembari Beli Pulsa

Selain faktor harga, ketiadaan pupuk subsidi untuk lada juga membuat biaya produksi semakin tinggi. Harga lada yang sempat turun di kisaran Rp60 ribu–Rp70 ribu per kilogram membuat banyak petani mengalami kerugian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: