Mahasiswa ; Demokrasi Yang Belum Mati

Mahasiswa ; Demokrasi Yang Belum Mati

Saifuddin --Foto: ist

Tetapi yang pasti adalah bahwa kekuatan Civil Sosciety harus mendapat tempat terhormat dalam perubahan iklim demokrasi di negeri ini, kalaupun jalanan harus menjadi mimbar terbuka itu adalah tempat terindah bagi demonstran untuk menyuarakan aspirasi rakyat di saat negara lemah tak berdaya.

Politik momentum dan parodi panggung demokrasi di jalanan selalu saja menuai persepsi yang miring. Gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral (the moral forces) adalah gerakan yang melanjutkan tradisi sejarah masa lalu, bahwa demokrasi sangat tidak mugnkin dibangun hanya karena dengan konsep tanpa bangunan kekuatan pressure group di luar parlemen. Sebab ukuran demokrasi atau tidaknya sebuah negara bukan ditentukan oleh kualitas proses politik “yang penuh kecurangan” namun kualitas demokrasi sangat ditentukan oleh control politik yang bukan hanya dilakukan oleh parlemen (yang hari ini masih sibuk bikin kegaduhan), tetapi parlemen jalanan masih sangat efektif secara massif untuk membentuk opini public bahwa “negara” dalam keadaan tidak sedang baik-baik saja. Indeks demokrasi yang rendah sebagai bukti bahwa kesadaran masyarakat kita belumlah tumbuh secara sehat. 

Gerakan mahasiswa yang lahir adalah kelahiran atas nama demokrasi, artinya bahwa demontrasi salah satu bukti bahwa demokrasi belumlah “mati” karena masih ada sekelompok orang yang masih mampu berteriak atas nama perjuangan rakyat. Dan anarkhisme yang terjadi hanyalah efek ketika kebuntuan komunikasi politik mengalami gangguan, yang bisa saja terselesaikan apabila kearifan lokal disuguhkan untuk dan atas nama kepentingan rakyat. Adanya kritik dan demonstrasi adalah salah satu bukti kalau demokrasi masih ada. 

Dan diamnya kaum civil society dalam hal ini mahasiswa, sama halnya membiarkan kebenaran seperti air dalam tungku, mendidih, lalu dibiarkan, dan kemudian dingin.

Seperti kata Ibnu Khaldun “Bila ketakutan menguasai kesadaran, maka kesadaran pun memiliki hak untuk mendiamkan kedzaliman”. Sehingga sangat perlu membangun kesadaran kolektif agar demokrasi tetap ada dan tidak mati sebelum ajalnya tiba. 

How Democratie Die -kenapa demokrasi mati?

BACA JUGA:Keterampilan Esensial Seorang Akuntan agar Sukses di Era Digital

BACA JUGA:Pemanfaatan IPAH Sebagai Solusi Kekurangan Air Bersih di Desa Saing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: