Dugaan Pembuangan Limbah Tambak ke Laut Gusung, Ini Tuntutan WALHI Babel

Dugaan Pembuangan Limbah Tambak ke Laut Gusung, Ini Tuntutan WALHI Babel

Ahmad Subhan Hafiz--Foto: Ilham

BABELPOS.ID, TOBOALI - Dugaan pencemaran laut akibat limbah tambak udang PT. Sumber Berkat Multiarta di dusun Gusung, Desa Rias Kabupaten Bangka Selatan (Basel), mengetuk keprihatinan Walhi Babel. 

Direktur Eksekutif Walhi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Ahmad Subhan Hafiz mengatakan, ekspansi tambak udang di Babel menambah ancaman ekologi di pesisir, terutama hilangnya hutan mangrove.

"Sebenarnya ekspansi tambak udang di Babel ini mengancam hilangnya hutan mangrove," sebutnya, Kamis (23/05).

Berdasarkan catatan Walhi Babel ekosistem mangrove yang sebelumnya seluas 273.692,81 hektar, kini tersisa 33.224,83 hektar, dan tahun 1993 luas mangrove di Babel seluas 273.692,81 hektar dan Babel kehilangan mangrove seluas 240.467,98 hektar.

Sementara terumbu karang yang luas sebelumnya 82.259,84 hektar, kini tersisa 12.474,54 hektar atau sekitar 5.720,31 hektar karang mati, melihat dari fenomena ini tentunya hasil tangkap nelayan pesisir menurun.

"Rusaknya terumbu karang berdampak menurunnya populasi ikan, sehingga hasil tangkap masyarakat pesisir juga menurun," ujarnya.

BACA JUGA:Diduga Limbah Tambak Dibuang ke Laut, Ini Respon DLH Basel

BACA JUGA:Laut Gusung Diduga Tercemar Limbah Tambak, Penyu Kepiting Mati, Tangkapan Nelayan Anjlok: Tolong Kami

Dikatakannya, melihat aktivitas tambak PT. Sumber Berkat Multiarta yang mengakibatkan tercemarnya pesisir pantai Jibur sudah selayaknya dievaluasi dan dihentikan izinnya, ini berdasarkan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan kematian spesies dilindungi, rusaknya ekosistem pesisir, serta menurunnya hasil tangkap nelayan ada beberapa ancaman pidana terhadap perusahaan pencemar lingkungan menurut UU PPLH.

Terlihat perusahaan tambak udang tersebut tidak memiliki carrying capacity, yakni perencanaan yang memperhatikan daya dukung lingkungan. Perencanaan tersebut sangat penting dilakukan untuk melihat kemampuan lingkungan guna mendukung, mengurai, dan menetralkan limbah-limbah hasil buangan budidaya tambak udang.

"Fenomena usaha tambak udang yang berjalan di Bangka Belitung belum memiliki carrying capacity, sehingga seharusnya tidak boleh izin tersebut dikeluarkan," ucap Hafiz.

Lebih lanjut, ia mendesak izin perusahaan tambak utambaintensif di Pesisir Pantai Jibur, harus dihentikan. Seharusnya izin tambak udang hanya dapat keluar kalau sebuah tambak sudah diaudit sistem instalasi pengelolaan limbah (IPAL).

BACA JUGA:Diduga Limbah Tambak Udang Dibuang ke Laut, Nelayan Gusung Kesal Tangkapan Anjlok

BACA JUGA:32 Tambak Udang di Basel Belum Miliki IMB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: