Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Menyelamatkan Keberlangsungan Sekolah Swasta

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Menyelamatkan Keberlangsungan Sekolah Swasta

Handika Yuda Saputra --Foto: ist

Oleh: Handika Yuda Saputra, M.Pd

Ketua Umum PC IMM BSM Kota Pangkalpinang

BABELPOS.ID - Pendidikan pada hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna pencapaian tingkat kehidupan yang semakin maju dan sejahtera. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan diperlukan seorang pemimpin atau kepala sekolah yang mampu mengelola sekolah dengan baik dan memiliki motivasi kerja yang tinggi, serta mampu menciptakan. lingkungan sekolah yang kondusif. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian kepemimpinan yang baik atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin dan memanajemen sebuah lembaga pendidikan.

Namun saat ini, sangat banyak hal-hal yang mempengaruhi segala siklus dalam pendidikan, tidak terkecuali Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta. Faktanya banyak masalah-masalah yang sering muncul dan menjadi momok serius, salah satu masalah tersebut antara lain; kurang mampunya kepala sekolah mengartikulasikan visi bersama, menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi dan kemudian mengkomunikasikan visi dan ekspektasi tersebut secara efektif. kedua kepala sekolah kurang cakap dalam mempengaruhi perilaku pendidik dan tenaga pendidik untuk dapat mencapai tujuan bersama, kepala sekolah kurang mampu memberikan contoh perilaku yang dial harapkan kepada pendidik dan tenaga pendidik. Ketiga kepala sekolah kurang paham bagaimana membentuk kembali budaya dan struktur sekolah agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa faktor kekurangan kepala sekolah ini mengharuskan kepala sekolah agar mengembangkan diri dan wajib melakukan resiliensi kepada sekolahnya.

BACA JUGA:Pemilu 2024: Aksi dan Asa Generasi Muda Menentukan Arah Politik Indonesia

BACA JUGA:THE POWER OF “TUKANG ULON” DALAM MERESILIENSI KRISIS MINAT BERORGANISASI

Berdasarkan penelitian kami pada tahun 2023 yang berjudul "Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Tingkat Resiliensi di sekolah: Studi Etnografi pada Sekolah Swasta di Kecamatan Toboali" menjelaskan berlandaskan teori yang disampaikan oleh Leithwood tahun 2003 bahwa dalam melakukan praktik kepemimpinan ada 3 hal yang kalau ketiga hal ini dilakukan kebanyakan kepemimpinan akan sukses dilakukan, adapun hasil penelitian menjelaskan bahwa:

1. Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai setting the direction dalam upaya mengembangkan tingkat resiliensi sekolah dapat dilakukan dengan beberapa hal diantaranya: a. merumuskan visi dan misi sekolah b. melakukan pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah secara musyawarah maupun secara diskresi c. melakukan peninjauan kembali dan update terhadap kebijakan yang dianggap kurang tepat d. memperbanyak relasi kepala sekolah e. meningkatkan kuantitas siswa f. memahami skala prioritas sekolah g. melakukan evaluasi dan pengawasan. Dengan dijalankannya peran kepala sekolah sebagai setting the direction, maka upaya dalam mengembangkan tingkat resiliensi sekolah akan lebih kuat dikarenakan kepemimpinan kepala sekolah sudah mampu mengatur arah sekolah sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai depeloving people dalam upaya mengembangkan tingkat resiliensi sekolah dapat dilakukan dengan beberapa hal diantaranya: a. menunjukan sikap evokasi dan memberikan motivasi b. memberdayakan dan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh pegawai sekolah c. membangun sebuah tim dan mampu bekerja sama dengan tim yang telah di bangun. Dengan melakukan Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai depeloving people, maka upaya dalam mengembangkan tingkat resiliensi sekolah akan lebih baik, sebab dengan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) sekolah, secara tidak langsung akan membuat seluruh pegawai mampu untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya secara sukarela tanpa ada katerpaksaaan dari kepala sekolah.

3. Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai redesigning organization dalam upaya mengembangkan tingkat resiliensi sekolah dapat dilakukan dengan beberapa hal diantaranya: a. melakukan regenerasi struktur organisasi b. menempatkan pegawai sesuai kapabilitas berdasarkan kompetensi yang dimiliki.. Dengan melakukan Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai redesigning organization. Maka upaya dalam mengembangkan tingkat resiliensi sekolah akan lebih kuat dan kokoh sebab dengan melakukan redesigning organization akan mampu menghindari keadaan yang tidak mengalami pertumbuhan yang disebabkan keengganan manusia sebagai anggota organisasi untuk mengikuti perubahan, dimana perubahan dianggap bisa menyebabkan morale dis equilibrium (hilangnya keseimbangan moral). Ini tentu akan menyebabkan penyakit manusia sebagai anggota masyarakat atau tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam organisasi sehingga perlu dilakukan pengembangan organisasi untuk melakukan evaluasi, adaptasi, kaderisasi dan inovasi.

BACA JUGA:Kelindan Etika Lingkungan dan Tobat Ekologis dalam Sastra

BACA JUGA:Peran Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Pengembangan Desa Wisata Namang

Dengan melakukan ketiga peran kepemimpinan kepala sekolah yakni Setting The Direction, Depeloving People, dan Redesigning Organization, sebuah sekolah swasta akan mampu mengembangkan tingkat resiliensi di sekolah melalui para guru dan pegawai dengan sentuhan kepemimpinan yang tepat oleh kepala sekolah, walau dalam kondisi apapun jika kepala sekolah melakukan ketiga hal ini akan mampu bertahan dengan praktik kepemimpinan yang dilakukan.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: