KAMPUNG KAMPUNG DI DISTRIK PANGKALPINANG (Bagian Empat)

KAMPUNG KAMPUNG DI  DISTRIK PANGKALPINANG  (Bagian Empat)

Akhmad Elvian--

Keletakan Pangkalpinang yang strategis dari sisi geografis, ekonomis dan politis (geostrategis) karena berada di tengah pulau Bangka, menyebabkan pangkal ini terus berkembang dengan pesat dan pada tanggal 3 September 1913 dijadikan sebagai ibukota keresidenan Bangka yang membawahkan 10 distrik (Muntok, Jebus, Belinju, Sungailiat, Merawang, Sungaiselan, Pangkalpinang, Koba, Toboali dan Kepulauan Lepar) dan 31 underdistrik (Muntok, Ampang, Kadiala, Pelangas, Merawang, Djeroek, Groenggang, Djeboes, Klabat, Telang, Pangkalpinang, Mendo Barat, Boekit, Penagan, Toboali, Goesong, Oelim, Belinjoe, Pandji Sekak, Soengai Selan, Ajer Anget, Maleh, Pering, Permisan, Lepar Eilanden, Tandjoeng Laboe, Soengailijat, Maras, Njalau, Koba, dan Ajer Nangka Barat). Serah terima jabatan Residen Bangka dilaksanakan di Kota Muntok antara residen yang lama R.J. Boers kepada residen yang baru A.J.N. Engelenberg (Residen RJ. Boers menggantikan Residen Coonen yang diangkat menjadi Gubernur di pulau Sulawesi). Sebelum menjadi Ibukota Keresidenan Bangka, Pangkalpinang merupakan satu Onder Afdelingen dipimpin seorang Controlleur bernama RJ Koppenol dan dibantu oleh seorang demang distrik Pangkalpinang yang bernama Raden Ahmad. 

BACA JUGA:PAHLAWAN DUABELAS (Bagian Dua)

Selanjutnya 20 tahun kemudian, Pangkalpinang ditetapkan menjadi ibukota keresidenan Bangka Belitung pada masa Starhamer, HM, menjabat Residen Bangka (Tahun 1931-1934 Masehi) atas dasar ordonansi tanggal 2 Desember 1933, Stbl. Nomor 565. Terhitung dari tanggal 11 Maret 1933, Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan menjadi Residentie en Orderherichgheiden dengan pulau utama Bangka sebagai Residen dan Belitung serta pulau-pulau lain di sekitarnya sebagai Onder Afdelingen yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen. Nama keresidenan kemudian diubah menjadi Residentie Banka Belliton en Onderhorigheden.

BACA JUGA:PAHLAWAN DUABELAS (Bagian Tiga)

Pemerintahan kolonial Belanda pada waktu itu memang menerapkan Bestuurhervorming Wet pada Tahun 1922 yang mengenal Tiga tingkat daerah otonom yaitu provinsi (provinsi ordonansi), kabupaten (regensche ordonansi) dan kota (staatsgmente ordonansi). Sejak menjadi ibukota keresidenan Bangka tanggal 3 September 1913 Masehi telah menjabat sebanyak sebelas residen yang berkuasa di Pangkalpinang yaitu AJN. Engelenberg (memerintah pada Tahun 1913-1918 Masehi), Doornik W (memerintah pada Tahun 1918-1923 Masehi), Fraser JJ (memerintah pada Tahun 1923-1925 Masehi), J.E. Edie (memerintah pada Tahun 1925-1928 Masehi), Haze Winkelman WD (memerintah selama tiga bulan pada Tahun 1928 Masehi), Hooyer DG (memerintah pada Tahun 1928-1931 Masehi), Starhamer HM (memerintah pada Tahun 1931-1934 Masehi), Mann CJ (memerintah pada Tahun 1934-1942 Masehi), dan P. Brouwer  yang memerintah sampai masa awal pendudukan Jepang. Kemudian setelah kemerdekaan residen yang memerintah di Bangka Belitung dan berkedudukan di Pangkalpinang yaitu Masjarif Datuk Bendaharolelo dan pada saat agresi militer Belanda Pertama dan Kedua yang menjabat sebagai residen Bangka Belitung adalah C. Lion Cachet.

BACA JUGA:PAHLAWAN DUABELAS (Bagian Empat)

Perkembangan Kota Pangkalpinang sejak ditetapkan menjadi ibukota Keresidenan Bangka pada tanggal 3 September 1913 dan kemudian menjadi ibukota Keresidenan Bangka Belitung pada tanggal 11 Maret 1933 sangat pesat sekali. Kota dengan toponimi generic “pangkal” dan toponimi spesific “pinang” (areca chatecu) yang awalnya hanyalah pusat perdagangan yang melayani entrepot-entrepot dan pusat pengumpulan regional yang penting di pulau Bangka kemudian lambat laun berkembang menjadi polis (kota) yang maju dan lengkap dengan segala fasilitas perkotaannya (Bersambung/***)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: