Esperanto: Bahasa Persahabatan Dunia
--
Asosiasi Esperanto Indonesia (IEA) yang berdiri pada tanggl 7 April 2013 merupakan perwakilan resmi dari Asosiasi Esperanto Universal (UEA). Saat ini, IEA melakukan pertemuan rutin setiap bulan bagi para anggotanya dan juga membuat konten-konten bahasa Esperanto di media sosial. Selain itu, IEA membuka kelas belajar bahasa Esperanto tingkat dasar secara gratis bagi siapa pun yang berminat.
Saat ini, jumlah penutur bahasa Esperanto sebagai bahasa kedua diperkirakan mencapai 2 juta orang di seluruh dunia. Sementara itu, penutur bahasa Esperanto sebagai bahasa ibu diperkirakan mencapai 2.000 orang.
Berdasarkan data keanggotaan Asosiasi Esperanto Indonesia (IEA), jumlah penutur bahasa Esperanto di Indonesia setiap tahunnya rata-rata berjumlah 15 sampai 20 orang yang berasal dari berbagai kota di Indonesia. Jumlah ini masih belum termasuk penutur bahasa Esperanto di luar keanggotan IEA.
Mengenalkan budaya Indonesia lewat Kongres Esperanto
Adanya pertemuan rutin tahunan membuka kesempatan untuk mengenal budaya dari berbagai negara di dunia atau pun untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia internasional.
Ilia Dewi, salah satu penggiat bahasa Esperanto asal Bekasi, mengungkapkan bahwa ia mulai mengenal bahasa Esperanto sejak tahun 2009 dan menjadi penggiat bahasa tersebut sejak tahun 2010. Sejak saat itu, Ilia mendapatkan kesempatan untuk mewaikili Indonesia di kongres atau kegiatan Esperanto di luar negeri.
Menurutnya, Ia dapat berkontribusi mengenalkan budaya Indonesia di kongres pada malam seni. Ilia bersama teman Esperantonya telah menampilkan berbagai tarian daerah seperti tari tortor, dinding badinding, jaipong, dan kicir-kicir di berbagai kongres tahunan Esperanto di negara tuan rumah seperti Denmark, Vietnam, Jepang, dan Korea. Setelah menampilkan tarian daerah, tidak jarang ada penutur Esperanto luar negeri yang minta diajarkan tarian tersebut.
Selain mengenalkan budaya Indonesia kepada penutur Esperanto dari luar negeri, Ilia juga mengungkapkan bahwa dengan mengenal Esperanto, ia dapat menambah wawasan berpikir terutama dalam menyikapi perbedaan dan keragaman. Selain itu ia juga memiliki lebih banyak teman dari berbagai suku bangsa di penjuru dunia hanya dengan menggunakan bahasa Esperanto.
Menurut Ilia, pengalaman yang paling berkesan adalah ketikan ia pertama kali pergi ke Eropa pada tahun 2011 selama 4 bulan. Ia disambut baik oleh penutur Esperanto yang menyediakannya tempat tinggal selama di Eropa.
Begitu juga ketika ia berkunjung ke negara lain seperti Korea dan Jepang. Nuansa kehangatan dan keakraban dalam berinteraksi walau pun baru pertama bertemu membuat ia lebih dapat mengenal dan memahami indahnya keberagaman dan perdamaian.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: