Ketika yang Lain Menghindari, Suku Bauzi Papua Malah Berburu Buaya Muara Hingga Buaya Darat

Ketika yang Lain Menghindari, Suku Bauzi Papua Malah Berburu Buaya Muara Hingga Buaya Darat

--

Bagaimana tidak, luasnya hutan belantara, pegunungan, lembah, rawa hingga sungai-sungai besar yang berkelok-kelok di sekitar kawasan Mamberamo telah membuat suku ini nyaris tak bersentuhan langsung dengan peradaban modern. Kehidupan keseharian suku ini masih dijalani secara tradisonal.

Sebagai suku yang menempati kawasan terisolir, sebagian lelaki Bauzi masih mengenakan cawat. Ini berupa selembar daun atau kulit pohon yang telah dikeringkan lalu diikat dengan tali pada ujung alat kelamin. Mereka juga memasang hiasan berupa tulang pada lubang hidung. Sedangkan para wanita mengenakan selembar daun atau kulit kayu yang diikat dengan tali di pinggang untuk menutupi auratnya. Tapi tidak mengenakan penutup dada. 

BACA JUGA:Dua Hari, 2 Warga Diterkam Buaya, di Dua Tempat Berbeda, 1 Tewas, 1 Masih Dicari

Sebagian besar suku ini masih hidup pada taraf meramu, berburu dan semi nomaden.  Mereka membuat sejumlah peralatan seperti, panah, tombak, parang, pisau belati, dan lain-lain untuk berburu. Mereka berburu binatang hutan seperti babi, kasuari, kus-kus dan burung. Buruan itu dimasak dengan cara dibakar atau bakar batu. 

Selain itu, Suku Bauzi juga menokok sagu sebagai makanan pokok dan menanam umbi-umbian. Namun jarang mengkonsumsi sayur-sayuran. Itulah sebabnya pada anak-anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui dari suku ini sering mengalami gejala kurang gizi dan anemia. 

BACA JUGA:Waspada Buaya, Ini Waktu Aktif Mereka Cari Mangsa!

Orang Bauzi umumnya masih menganut kepercayaan suku dan adat istiadat (animisme). Namun kini sekitar 65 persen telah memeluk Kristen sebagai dampak perjumpaan dengan para misionaris dari Eropa, AS dan Papua. Dalam kehidupan sosial mereka tidak menganut model kepemimpinan kolektif yang kuat sehingga bisa menjadi panutan bagi anggota komunitas yang lain. Ketika terjadi konflik di antara mereka, akan sulit diselesaikan. Para ahli bahasa (linguist) yang juga misionaris dari SIL dengan dibantu penterjemah lokal telah berusaha mempelajari bahasa dan dialek suku Bauzi selama bertahun-tahun.*** 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: