Implementasi Bekal Kompetensi Keahlian Siswa Melalui Program Prakerin

Implementasi Bekal Kompetensi Keahlian Siswa Melalui Program Prakerin

Yulizar --Ist

Oleh: Yulizar, S.Pd

Guru SMK Negeri 1 Sungailiat

BABELPOS.ID - Pada saat ini, perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan pasar global menuntut agar pendidikan mampu mencetak lulusan yang berkompeten dan mampu bersaing baik lokal, nasional, maupun internasional. Sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat interaksi oleh bagian masyarakat dan masyarakat merupakan pengguna output pendidikan. Sejalan dengan Hal tersebut dijelaskan oleh Djojonegoro dalam (Muliati, 2007:7), bahwa pembelajaran merupakan proses membangun kreatifitas guna meningkatkan kemampuan merekonstruksi pengetahuan baru.

Hal ini sangat penting mengingat fungsi pendidikan sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Pendidikan Nomor 20 (Depdikbud, 2003), untuk itu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan telah banyak usaha yang dilakukan Pemerintah, seperti: pembaharuan kurikulum, pengadaan sarana dan prasarana, peningkatan mutu guru serta kegiatan yang merangsang minat siswa untuk belajar. Dalam Keputusan Mendikbud Nomor 0490/1992 tentang kerjasama SMK dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) yang bertujuan meningkatkan kesesuaian program SMK dengan kebutuhan dunia kerja yang diusahakan saling menguntungkan.

Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan salah satu bentuk pendidikan yang diselenggarakan pemerintah untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, yang lulusannya diharapkan dapat masuk lapangan kerja, bekerja pada industri/ perusahaan dan mengembangkan sikap profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jika hanya mengandalkan kemampuan sendiri tentu tidak memiliki sumberdaya yang cukup untuk selalu memperbaharui atau meningkatkan sarana dan prasarana dalam menyiapkan lulusannya menjadi calon tenaga kerja sesuai dengan tuntunan lapangan kerja yang sangat bervariasi dan selalu berkembang pesat.

Salah satu konsepsi pada pendidikan kejuruan adalah sistem magang bagi peserta didik. Di Indonesia sistem magang pada SMK disebut Pendidikan Sistem Ganda (PSG), dan saat ini disebut Praktik Kerja Industri (Prakerin). Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang saat ini dikenal dengan istilah Praktek Kerja Industri (Prakerin) berawal dari gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro sejak Pelita VI yang telah memperkenalkan kebijakan baru untuk perubahan pendidikan kejuruan yang disebut “link and match”. Kebijakan program Praktek Kerja Industri menuntut sekolah dan dunia usaha dan industri secara bersama menentukan konsep agar terciptanya kesesuaian antara kompetensi yang diperoleh peserta didik di sekolah dengan kebutuhan di dunia usaha dan industri.

Prakerin adalah suatu bentuk penyelanggaraan pendidikan yang secara sistematis dan sinkron memadukan antara program pendidikan di sekolah dengan kegiatan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kerja langsung didunia usaha/ dunia industri (DU/DI). Kebijakan prakerin akan terlaksana dengan baik apabila kerja sama antara sekolah dan dunia usaha/ industri telah terjalin optimal. Kerjasama ini berlangsung dalam proses belajar mengajar mulai dari proses perencanaan, penyeleggaraan sampai tahap evaluasi belajar. Melalui prakerin ini, diharapkan SMK mampu menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang berkualitas dan mempunyai daya saing yang tinggi.

Namun pada pelaksanaannya prakerin masih mengalami berbagai kendala, baik itu kendala dari Sekolah, industri tempat pelaksanaan prakerin dan dari siswa itu sendiri. Berdasarkan observasi dan wawancara pada beberapa pihak Institusi pasangan/ industri yang bekerja sama dengan SMK Negeri I Sungailiat, masih ada yang menganggap prakerin sebagai beban mereka yang disebabkan kebanyakan siswa tidak disiplin dalam melaksanakan tugas dan ketidakpercayaan pihak konsumen terhadap siswa prakerin, dengan kata lain kejadian dilapangan bertolak belakang dengan artian prakerin yang sebenarnya. Selain itu, SMK Negeri 1 Sungailiat juga telah melaksanakan prakerin berulang kali, namun masih banyak kendala dalam pelaksanaan prakerin tersebut.

Pada kenyataannya pelaksanaan program praktek kerja industri di lapangan sangat beragam antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Akibatnya dari keberagaman tersebut akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dari program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) itu sendiri. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain:

(1) Keterbatasan jumlah industri;

(2) Keterlibatan industri;

(3) Kesesuaian program diklat keahlian;

(4) Kemampuan dasar siswa;

(5) Keterbatasan fasilitas sekolah;

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: