Pengemis Buta Tapi Melihat
Bujang Pede--
SORE itu, Emak meminta Bujang PeDe membeli kue dan takjil untuk buka puasa.
"Tak usah pula pakai motor segala kau Bujang. Beli yang di dekat sini cukuplah!" tegas Mak melihat anak tunggalnya yang bengal itu sudah bercermin segala.
Mendengar itu, Bujang pun langsung urung. Ia mengambil uang dari Emak, lalu segera keluar rumah melihat-lihat di sekitarnya saja. Pasti ada lah yang jual kue untuk berbuka atau takjil segala macam.
Dan, tentunya sesuai Protap (Prosedur Tetap) setiap keluar rumah dan jalan, harus lewat depan rumah Maysaroh. Meski kadang perjalanan itu tak ada kaitannya sama sekali dengan agenda perjalanan. Maklum, sekali lagi itu sudah Protap.
Sial. Tak ada siapapun di depan rumah Maysaroh. Tujuan perjalanan berlanjut. Dua sohib Odoy dan Ipank juga tak terlihat sore itu. Paling keduanya masih molor menanti buka puasa. Biasa.
Di tengah jalan, Bujang PeDe mendadak bertemu seorang pria parubaya berpakaian lusuh.
"Pak, Kasihanilah saya, saya orang bisu,'' ujar sang pengemis.
''La? Bisu kok bisa ngomong,'' jawab Bujang bingung.
"Maaf, salah, Pak! Saya orang tuli?'' pengemis itu meralat ucapannya.
''Tapi kok bisa dengar saya ngomong?'' Bujang PeDe tambah bingung.
"Oh, bukan Pak! Sebenarnya saya ini orang buta? Maklum saya sering salah bicara dan gugup kalau minta-minta Pak?''
''Oh gitu? Tunggu sebentar.''
''Nah, maaf ya. Duit saya cuma segini adanya,'' ujar Bujang memberikan pecahan dua ribuan.
''Tapi itu ada pecahan 10 ribuan Pak?''
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: