Face to Face

Face to Face

--

SEJAK rencana aksi tutup mulut mereka gagal --karena dipanggil emak makan--, Ipank, Odoy, dan Bujang  sepakat merubah alur kampanye.  

''Kita mulai dengan langkah silent  and face to face,'' ujar Bujang kepada kedua sohibnya itu.

''Nggak usah pakai bahasa yang tinggilah Jang, pakai bahasa kita-kita ini ajalah,'' ujar Ipank bingung makna omongan Bujang yang pakai istilah asing segala.

''Itu kan bahasa biasa dalam politik, Pank.  Makanya, punya HP jangan cuma dipakai untuk WA dan ngomong saja, semestinya HP android bikin kalian cerdas,'' ujar Bujang PeDe dengan angkuhnya.

''Ok, yang kau maksud tadi itu apa?'' tanya Odoy.

''Jadi kita bergerak secara diam-diam menemui warga satu persatu.  itu maksudku,'' tegas Bujang.

''Nah, itu kan jelas.  Nggak usah pakai ngajak Si Elen segala,'' Odoy bicara.

''Silent.  Diam-diam, bukan Si Elent,'' bujang emosi dengan kebodohan temannya.

Setelah menghitung langkah dan menyusun rencana, ketiganya lalu sepakat untuk menemui warga dari rumah ke rumah.  Santai dan mengajak ngobrol.

Karena tahu Pak Moko yang tak menyukai mereka bertiga, maka sasaran pertama mereka justru Ketua RT yang tengah menjabat itulah.  

Awalnya, Pak Moko cukup antusias, karena mengira Trio Pemuda tukang bikin heboh kampung itu akan mengundurkan  diri dari Pemilihan Ketua RT (Pilkarete) gara-gara heboh lapangan bola.  

''Kami paham betul, Pak Moko sangat mendukung pencalonan Bujang kita ini.  Karena kami juga mengerti Pak Moko berwawasan luas sehingga merasa sudah saatnya yang muda yang memimpin,'' ujar Ipank santai.

Bujang dan Odoy hanya menahan senyum mendengar pernyataan Ipank.  Apalagi melihat wajah Pak Moko langsung bersemu merah dan marah.  

''Jadi maksud kalian apa ini?'' reaksi Pak Moko langsung dengan nada tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait