Cita-cita Babel Modern
Safari Ans--
Belum lagi mineral tanah jarang atau logam tanah jarang (rare aerth mineral) yang berlimpah di Babel saat ini. Tentu saja, menyetap ekspor dilakukan setelah semuanya sudah siap tanpa merugikan penambang timah, tanpa merugikan pemilik smelter, dan tanpa mematikan pertumbuhan ekonomi Babel secara keseluruhannya. Rumusannya sedang dikaji dan dirumuskan di Pemerintah Pusat.
Keempat, mendirikan Bank Babel yang menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD). Sebagai sebuab Provinsi sudah menjadi keniscayaan Babel memiliki BPD sendiri. Namun terkendala modal disetor yang diwajibkan OJK senilai Rp 10 triliun.
Jika saham Pemprov Babel 51% (minimal menurut UU), maka Pemprov Babel perlu modal Rp 5,1 triliun. Tentu saja Pemprov Babel tak punya uang sebanyak itu. OJK hanya merekomendasi modal itu harus dari kas Pemprov sendiri. Satu-satunya jalan bagi Pemprov Babel untuk mendapatkan modal itu melalui hibah ke Pemprov Babel.
Penulis pun berkeliling kesana kemari mencari hibah itu. Secara lagi manusia zaman now, mana ada orang kaya mau menghibahkan uang sebesar itu. Penulis bukan orang kaya, hidup pas-pasan. Tetapi untuk bangsa dan negara, InsyaAllah penulis mampu menyediakannya. Kini alhamdulillah uang Rp 10 triliun itu sudah penulis dapatkan.
Hanya tinggal menunggu momentum yang baik untuk penulis melakukan transfer ke rekening Pemprov Babel. Walau hidup penulis miris. Beli rokok aja minta sama teman. Bahkan banyak teman marah, karena tak penulis saya mintain terus. He he he. Tapi apapun, penulis ikhlas membangun kampung. Demi membangun Babel modern. Apalagi kelak Babel Babel akan menjadi bank utama untuk menyokong Billiton Offshore Island.
Kelima, membangun Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di Babel. Karena material thorium di Babel berlimpah. Bahkan ada yang bilang, thorium di Babel tidak habis 2.000 tahun, walau kebebarannya masih perlu penelitian lebih lanjut.
PLTT ternyata mampu memproduksi listrik termurah di dunia. Hanya dengan biaya USD 3 sen/kWh. Sedangkan sumber energi listrik lain masih diatas USD 5/kWh. Ketika dipercaya Gubernur Babel, penulis memaksa (maafkan saya) agar Pemprov Babel teken MOU dengan ThorCon Internasional yang sudah memiliki lisensi dari Pemerintah Amerika Serikat saat ini untuk membangun PLTT. Hari itu pihak ThorCon presentasi, besoknya langsung Gubernur Babel tanda tangan MOU dengan ThorCon. Maafkan penulis dalam soal. Karena saat itu, jika Babel masih masih ragu, maka proyek PLTT akan segera diambil oleh Provinsi Kalimantan Barat. Apalagi Gubernur Kalimantan Barat sudah berkirim surat ke Presiden Jokowi.
PLTT itu akan dibangun dengan biaya Rp 17 triliun tanpa APBN maupun APBD. Beberapa konsorsium besar akan bergabung dalam proyek ini. Kini PLTT sedang proses perizinan. Semoga Pemerintah Pusat segera mempercepat perizinannya. Karena hanya dengan PLTT listrik jadi murah. Sebab, proses hilirisasi timah di Babel akan sukses apabila Babel mampu menyediakan listrik murah dengan kualitas listrik bermutu tinggi. Dan itu hanya bisa dengan PLTT.
Listrik PLTT bukan hanya untuk Babel, tetapi listrik untuk daerah lainnya. Apalagi kabel listrik bawah laut antara pulau Bangka dan pulau Sumatera saat ini sudah tersambung. Tidak ada sumber energi listrik yang lebih murah dari PLTT. Bahkan Gubernur Babel telah memberi pulau khusus untuk membangun PLTT ini agar jauh dari pemukiman warga.
Keenam, membangun Offshore Island di Babel. Tapi masih jauh. Jauh sekali. Jauh panggang dari api. Tetapi tetap menjadi program jangka panjang membangun Babel. Karena biayanya mahal. Mahal banget. Indonesia apalagi Babel, secara teoritis tidak akan mampu membangun offshore ini. Tetapi ada sumber lain, yang tidak dapat penulis sebut dalam artikel ini, bersedia mensponsori pembangunan Billiton Offshore Island.
Ketika penulis masih bolak-balik Jakarta-Hong Kong, konsorsium Samsung mengatakan kepada penulis, bahwa mereka siap membangun Offshore Island itu dengan biaya USD 80 miliar. Wah. Penulis sudah menemukan sumber pembiayaannya (sponsor), tapi masih jauh. Cukup untuk dicatat dulu sebagai sebuah cita-cita membangun Babel modren. Kondisi itu tak mengecilkan semangat penulis. Karena itu riset disertasi penulis, yang wajib dimiliki oleh Indonesia.
Pun penulis sudah minta salah satu pulau di Belitung untuk dijadikan Offshore Island menjadi Billiton Offshore Island. Masak Malaysia yang tak punya aset besar seperti Indonesia, punya Offshore Island bernama Labuan. Singapura maju karena Offshore Island, Hong Kong maju karena ada Offshore Island. Mengapa tidak boleh punya?
Dengan offshore island, penulis mau bawa aset nenek moyang bangsa Indonesia. Saya bolak-balik ke Eropa, ke Amerika Serikat, ke Hong Kong, dan Singapura untuk mempelajari semua ini dengan biaya teman. Tanpa Billiton Offshore Island rasanya sulit aset raksasa itu balik ke tanah air. Sistem perbankan konvensional yang ada sekarang ini, sepertinya masih mimpi mampu melakukan itu. Presiden Jokowi sudah sempat mengatakan bahwa Indonesia memerlukan Tax Havens Area. Itulah Offshore Island.
Bravo Babel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: