Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Dua)

Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Dua)

Akhmad Elvian - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan--

Oleh: Dato’Akhmad Elvian, DPMP - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan

PADA peta Inggris Map of the island of Banka: compiled from remarks and materials collected during a journey through the island, annexed to a report on the same and addresed to the Honourable Thomas Stamford Raffles Esqre. 

Leutenant Governor of the island of java and its dependencies & c, by his most obedient servant Thomas Horsfield, digambarkan konektivitas berupa garis putus-putus yang lurus, yang merupakan jalur distribusi dan transportasi pengangkutan Timah di distrik Pangkal Penang. Jalur pertama yang menghubungkan antara Mendoo River ke Pangkal-mendoo terus ke Timur melalui darat sampai ke muara Pangkal Penang River di Marawang River dan jalur kedua yang menghubungkan kampung Tirak (Terak) mungkin maksudnya kampung Terak sekarang ke Village of Batin Marawang (pada bagian Timur dari Mendoo River) menuju Mines of Pangkal Penang dan ke Stoocade of Pangkal Penang, terus menelusuri Pangkal Penang River sampai ke muara Pangkal Penang River di Marawang River, kemudian jalur ketiga dari Tandjong Boongie (Tanjung Bunga) menuju ke Messoo River terus menelusuri Pangkal Penang River sampai ke muara Pangkal Penang River di Marawang River. 

Jalur distribusi dan transportasi ke muara Pangkal Penang River di Marawang River juga digambarkan terhubung dengan Mabbed River, kampung Depa, Village of Dipatty Barin di bagian Barat pulau Bangka (western division). Muara Pangkal Penang River di Marawang River pada peta, saat ini berada di posisi Pelabuhan Pangkalbalam Pangkalpinang. 

Pangkal Penang River atau sungai Pangkalpinang yang sekarang bernama sungai Rangkui pada masa kekuasaan Inggris sangat penting bagi district Pangkal Penang karena merupakan urat nadi bagi transportasi dan perekonomian, dan tentu saja pada bagian muara sungai berfungsi sebagai pelabuhan pengumpul (feeder point). Tampaknya Pangkal Pinang yang didirikan pada masa Sultan Susuhunan Ahmad Najamudin I Adikusumo (1757-1776 Masehi), pada masa Inggris sudah berkembang dengan pesat seiring dengan berkembangnya aktifitas di muara sungai Pangkalpinang dan hubungannya dengan daerah dan pangkal-pangkal lain yang ada di pulau Bangka. 

Setelah serah terima kekuasaan dari kerajaan Inggris ke kerajaan Belanda pada tanggal 10 Desember 1816 Masehi, Pemerintah Hindia Belanda kembali berkuasa di pulau Bangka. Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengangkat K. Heynes sebagai residen pertama Belanda.

K. Heynes tidak lama menjabat sebagai residen Bangka karena bermasalah tentang keuangan pertimahan, kemudian K. Heynes dicopot dari jabatannya dan kekuasaan atas Keresidenan Bangka diambil alih langsung oleh Edelher Herman Warner Muntinghe, Comissaris General Belanda. 

Keadaan pulau Bangka dan khususnya Pangkalpinang pada masa awal kekuasaan Hindia Belanda digambarkan dalam peta Belanda yang sangat sederhana, Kaart van het Eiland Banka 1819, bahwa Pankal Pinang secara geografis terletak di Selatan Batin Mundo dan di Utara Batin Baquit (maksudnya Batin Bukit). 

Tampaknya peta ingin menjelaskan beberapa tempat yang telah diduduki oleh Belanda dari tangan Inggris, ditandai dengan bendera Kerajaan Belanda, Merah Putih Biru, meliputi wilayah Pankal Pinang, Marawang, Songi Leat, Jeboes, Blinjoe, Toboaly dan Muntok. 

Kemudian pada muara sungai Marawang di laut dekat sisi Timur muara sungai Pankal Pinang sudah digambarkan pelabuhan laut dengan simbol Jangkar dan tertulis kata Duakhe mungkin maksudnya Duane. 

Dengan adanya pelabuhan dan Duane berarti pada sekitar tahun 1819 Masehi diawal masa kolonialisme Belanda di Pankal Pinang, sudah ada instansi pemerintah Hindia Belanda yang bertugas di pelabuhan laut untuk menyelenggarakan dan mengawasi semua urusan yang berhubungan dengan bea cukai dan pabean.  

Pankal Pinang di dalam peta juga sudah terhubung ke berbagai daerah di pulau Bangka baik melalui jalan darat maupun melalui jalur sungai. Dari Pankal Pinang ke arah Utara terhubung melalui jalan setapak menyeberangi Sungai Marawang menuju Batoe Roesa-Merawang-Loeboekling-Baquitbetoong, dan Songi Leat. 

Jalan Raya dari Distrik Pangkalpinang ke Distrik Merawang dan selanjutnya menuju Distrik Sungailiat seperti rute sekarang, baru dibangun kemudian oleh pemerintah Kolonial Belanda sesuai ketentuan dalam pasal 30 Lembaran Negara 1831 nomor 62. 

Jalan baru dari Pangkalpinang ke Baturusa, jaraknya lebih diperpendek dari jalan setapak awal sekitar 43 paal dan diselesaikan pada tahun 1851 Masehi. Pada tahun yang sama, pemerintah Belanda juga membangun jalan-jalan setapak di Pangkalpinang untuk mempermudah transportasi antar kampung. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: