Ajarkan Cara Berbisnis MLM Agar Tidak Terjerat Kedalam Investasi Bodong
PANGKALAN BARU - Anggota DPR RI Komisi IV Fraksi Partai NasDem dapil Provinsi Bangka Belitung, Zuristyo Firmadata menggelar forum sosialisasi kemudahan berusaha dengan tema "Cara Berbisnis Multilevel Marketing (MLM) Agar Tidak Terjerat Kedalam Investasi Bodong", Kamis (16/2/2023).
Sosialisasi yang dilaksanakan di Hotel Santika Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah ini diikuti sebanyak 100 peserta yang terdiri dari pelaku UMKM, pelaku bisnis start up, mahasiswa dan masyarakat umum dari Bangka Tengah.
Forum Sosialisasi ini merupakan inisiatif dari Zuristyo melalui program kemitraan dengan Kementerian RI dalam hal ini Direktorat Bina Usaha Perdagangan Kementerian RI.
Dalam sosialisasi ini, turut dihadiri Direktur Bina Usaha Perdagangan, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan RI, Septo Soepriyatno.
Zuristyo Firmadata yang akrab disapa Bang Tyo ini menyampaikan bahwa MLM pertama kali dikenalkan pada tahun 1920an, yang berarti tehnik pemasaran ini sudah ada sejak lama. Kehadiran awal MLM, katanya, sejatinya untuk menerapkan konsep pembaharuan dari pada menggunakan model penjualan konvensional.
Dia mengatakan, Federal Trade Commision Amerika Serikat mencatat bahwa 99% dari orang yang bergabung dengan perusahaan MLM justru malah merugi. Pasalnya, model bisnis ini beralih fungsi menjadi model recruitment. Dimana model bisnis recruitment yang hanya berfokus mencari orang-orang dibawah mereka saja (downline), bukan berfokus kepada penjualan barang.
"Jadi perlu dicermati, bahwa yang paling benar dari mekanisme Multi Level Marketing adalah penekanan komisi melalui penjualan barang, bukan recruitment downline baru.
Penjualan langsung atau biasa disebut juga dengan Multi Level Marketing (MLM) merupakan salah satu sektor usaha yang dapat menjaga roda perekonomian di Indonesia tetap berputar di tengah pandemi Covid–19," jelas Bang Tyo.
Dikatakan Bang Tyo, berdasarkan laporan kegiatan tahunan Asosiasi Perusahaan Penjualan Langsung Indonesia (APPLI) dari 147 perusahaan pada tahun 2019, perusahaan penjualan langsung Indonesia berhasil mencatatkan transaksi penjualan sebesar Rp14,7 triliun dengan melibatkan 5,3 juta mitra usaha.
Selain memberikan manfaat ekonomi bagi para mitra usaha, lanjut Bang Tyo, sektor penjualan langsung juga turut berkontribusi menjaga keberlangsungan usaha produsen dalam negeri, yakni sebanyak 51,86 persen jenis produk yang dijual merupakan produk dalam negeri.
Sektor industri penjualan langsung ini, katanya, juga melibatkan jutaan mitra usaha yang mayoritas para UMKM dan para pengusaha-pengusaha pemula.
"Ada beberapa kendala yang selama ini menjadi penghambat bisnis Multi Level Marketing. Kendala terbesar yaitu adanya pandangan negatif masyarakat terhadap bisnis penjualan langsung. Salah satu penyebabnya adalah adanya berbagai penawaran program yang menyalahi aturan," ungkap Bang Tyo.
Karena itu, Bang Tyo berujar, melalui kegiatan sosialisasi ini untuk memajukan industri penjualan langsung dengan meningkatkan edukasi dan literasi tentang usaha penjualan langsung atau MLM agar citra usaha penjualan langsung di mata masyarakat dapat menjadi lebih baik dan terkhusus kepada masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung.
"Ya kita harap masyarakat Babel khususnya di Bangka Tengah dapat mencermati dengan seksama bisnis MLM ini apapun jenisnya, dalam dunia bisnis digital untuk benar-benar di perhatikan dengan cermat agar tidak menjadi korban investasi bodong yang berkedok MLM," tegas Bang Tyo.