Ketahanan Nasional Menghadapi Pilkada Serentak 2024

Ketahanan Nasional Menghadapi Pilkada Serentak 2024

Pekerja merakit kotak suara Pilkada 2024 di Gudang KPU Kapasan, Kudus, Jawa Tengah, Senin (21/10/2024). KPU setempat merakit 2.338 unit kotak suara yang nantinya akan didistribusikan ke 1.160 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di 123 desa dan sembilan keluraha--Foto Antara

Hakim Mahkamah Konstitusi, Saldi Isra, pernah menyatakan bahwa praktik demokrasi bisa berjalan dengan baik jika penyelenggara pemilu bekerja sesuai dengan koridor hukum yang sudah ditetapkan. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya sinergi antara KPU, Bawaslu, dan MK dalam menciptakan infrastruktur politik yang sehat dan terpercaya. Jika ketiga lembaga ini dapat bekerja dengan harmonis, maka proses demokrasi dapat berjalan lebih baik, dan kepercayaan publik terhadap sistem politik kita akan semakin meningkat.

BACA JUGA:PUI UM Terangi Daerah 3T dengan Energi Terbarukan

BACA JUGA:Lebih dari 19.000 Santri Indonesia Terima Beasiswa Baznas Sejak 2021

Partisipasi masyarakat sebagai pilar demokrasi

Selain integritas penyelenggara, partisipasi aktif masyarakat juga menjadi elemen yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan demokrasi yang sehat. Pilkada Serentak 2024 adalah kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat langsung dalam proses politik di tingkat lokal. Partisipasi yang tinggi menjadi indikator positif dari kesehatan demokrasi suatu negara. Dalam hal ini, tanggung jawab tidak hanya ada di tangan penyelenggara pemilu, tetapi juga partai politik, organisasi masyarakat sipil, serta pemilih itu sendiri.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih pemimpin daerah yang kompeten dan berintegritas harus terus ditingkatkan. Pendidikan politik bagi pemilih menjadi kunci penting agar mereka dapat memilih secara rasional dan berdasarkan informasi yang akurat. Seringkali, pemilih hanya memilih berdasarkan popularitas calon atau tekanan sosial tanpa benar-benar memahami visi, misi, dan program yang diusung calon tersebut.

Pendidikan pemilih ini dapat dilakukan melalui kampanye pendidikan politik oleh partai politik, organisasi masyarakat sipil, serta institusi pendidikan. Melalui seminar, diskusi, atau kampanye informasi, pemilih dapat lebih memahami bagaimana proses pemilu berjalan dan mengapa penting untuk memilih berdasarkan pertimbangan yang matang. Pemilih yang teredukasi dengan baik akan lebih mampu memilih pemimpin yang memiliki kemampuan dan integritas untuk memajukan daerah mereka.

BACA JUGA:Optimalisasi Penyaluran Dana Indonesia Pintar 2024

BACA JUGA:Pemetaan Partisipatif untuk Peningkatan Layanan Kesehatan Masyarakat

Peran media

Dalam proses Pilkada, media juga memegang peran yang sangat penting. Media tidak hanya menjadi sarana penyampaian informasi, tetapi juga berfungsi sebagai pengawas demokrasi. Dengan memberikan laporan yang mendalam dan objektif, media dapat membantu masyarakat mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai calon-calon pemimpin daerah.

Namun, peran media juga harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi media adalah maraknya hoaks dan disinformasi, terutama di masa kampanye pemilu. Berita palsu sering kali digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk memanipulasi opini publik, merusak reputasi calon, atau menciptakan ketidakstabilan politik. Oleh karena itu, media harus menjaga integritasnya dengan menyajikan informasi yang akurat dan terverifikasi.

Selain itu, masyarakat juga perlu dilatih untuk lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima. Literasi digital menjadi kunci dalam menghadapi arus informasi yang sangat deras di era teknologi ini. Dengan kemampuan literasi yang baik, masyarakat dapat lebih bijak dalam menyaring informasi dan tidak mudah terjebak oleh berita-berita palsu yang beredar di media sosial.

BACA JUGA:Kemenkeu: Dana Desa 2025 Diprioritaskan untuk Tangani Perubahan Iklim

BACA JUGA:Melindungi Data Pribadi dari Serangan Siber

Kolaborasi semua pihak

Keberhasilan Pilkada Serentak 2024 sangat bergantung pada kolaborasi semua pihak yang terlibat, mulai dari KPU, Bawaslu, MK, partai politik, media, hingga masyarakat umum. Bung Fai, seorang peneliti dari Lembaga Pendidikan Politik Dignity Politica, menekankan pentingnya sinergi antara seluruh elemen penyelenggara pemilu untuk menciptakan iklim politik yang sehat. Tanpa kolaborasi yang baik, proses demokrasi dapat terganggu oleh konflik kepentingan, ketidakadilan, dan pelanggaran aturan.

Selain itu, penegak hukum juga memiliki peran penting dalam memastikan bahwa semua pelanggaran yang terjadi selama proses Pilkada ditangani dengan tegas. Setiap bentuk kecurangan, intimidasi, atau pelanggaran hukum lainnya harus ditindak secara transparan dan adil. Dengan demikian, masyarakat akan merasa lebih aman dan percaya bahwa proses pemilu berjalan dengan jujur dan adil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: antara